Beberapa yang Harus Dihindari agar Emak Tidak Depresi



Apa kabar para Bunda? Gimana sekolah anak-anak? Apakah sudah masuk sekolah atau masih belajar di rumah?

Hmm, kalau boleh jujur mungkin kebanyakan kita pengennya anak-anak segera masuk sekolah lagi. Bener gak Bund? Biar otak emak yang mulai ambyar bisa disatuin lagi keeping demi kepinig. Mode lebay ini ya. Hee

Jujur kita yang terbiasa tanpa anak-anak di jam 8 sampai minmal Juhur tetiba ngumpul 24 jam penuh. Apalagi yang kuliah dan mondok pun semua hadir lengkap tentu dengan segala polah tingkah mereka juga. Jelas ini tuh bagi emak benar-benar suka duka.

Siapa sih yang gak senang seisi rumah kumpul, sampai ada motonya kan ya, “mangan ora mangan ngumpul”. Itu artinya kebersamaan adalah kebahagiaan. Tapi kondisinya berbeda saat kumpulnya dalam keadaan seperti sekarang. Para bunda harus pasrah menerima amanah bertubi-tubi.

Ya ngajar anak, ya kerja juga, ya ngurus rumah, apalagi yang ekonominya sedang diuji di tengah wabah. Seorang ibu yang notabene adalah perempuan makhluk baper ini jelas akan sangat labil emosinya. Dan efek buruknya, ini akan berimbas pada cara kita dalam menghadapi anak-anak.

Karenanya penting bagi kita khususnya kaum ibu ini untuk tetap menjaga kewarasan pikiran dan ketenangan jiwa dalam kondisi pandemi seperti saat ini. Dalam kesempatan ini izinkan saya berbagi sedikit cara untuk mengurangi sikap ‘penindasan’ kita pada anak-anak dengan menghindari beberapa hal berikut.

Terlalu Tinggi Memasang Cita-cita pada Anak 


Ini bisa membuat emosi kita  meningkat pesat saat target itu terasa lambat. Sebenarnya kita boleh saja bahkan harus memasang cita-cita setinggi langit tapi tetap ingat bumi tempat kita berpijak. Ingat potensi anak kita. karana potensi manusia itu beda-beda.

Yang sudah di dataran tinggi mungkin akan lebih cepat mencapai langit, bagaimana kalau yang di dalam lembah. Saat sudah mendaki sedemikian rupa pun tetap lah ketinggalan dengan yang sudah ada di atas. Jadi please Bunda, kenali potensi anak sehingga kita tak mudah kecewa saat apa yang kita ingin darinya belum nampak ada padanya.

Membandiingkan dengan Anak Orang Lain atau Bahkan dengan Diri Kita Sendiri


“Itu lho temen sekelasmu sudah hafal 10 juz, kamu 1juz aja banyak lupanya!”
“Kamu ini ya, pelajaran gini aja gak bisa! Bunda ini dulu seumuran kamu udah mahir yang beginian!”

Padahal kemampuan orang itu meski anak-orangtua sekalipun tak bisa disamakan. Dan bisa jadi ananda kita punya kebaikan yang tak dimiliki anak lain. Atau pengetahuan dan skill lain yang tidak dimiliki anak lain bahkan kita.

Bisa jadi anak kita bukan juara kelas tapi dia suka menolong dan berbagi. Coba deh Bunda bayangkan, kalau sudah tua nanti diantara dua anak, yang juara kelas tapi pelit dan yang sering mengulang pelajaran tapi sangat perhatian dan pengasih pada kita, Bunda milih tinggal dengan anak yang mana?

Jadi mari kita fokus pada kebaikan anak kita, sehingga kita jauh dari emosi jiwa dan mampu memberinya penghargaan. Perlakuan demikian justru akan membuat kebaikan anak berkembang dan kecerdasannya terangsang. Tidak menutup kemungkinan ananda pun akan jadi juara.

Namun yang pasti tiap anak harusnya adalah juara di hati kita. Karena mereka tidak minta dilahirkan oleh kita tapi mau menerima kita apa adanya bahkan tetap setia meski kadang mereka jadi pelampiasan emosi kita. Bukankah itu luar biasa?

 Tidak atau Kurang Intropeksi Diri


Kadang kita lupa bahwa dulu kita juga seperti mereka bahkan bisa jadi lebih parah lagi. Kita juga sering tak sadar banyak kesalahan yang masih kita lakukan sementara kita menuntut anak kita sempurna.

Kita ingin anak kita nurut manut dengan semua pinta kita orangtuanya yang telah memberi mereka segalanya. Kita lupa kita pun belum nurut taat dengan apa yang diminta oleh Dzat yang telah memberi kita segalanya. Allah swt.

Kalau kita mampu menyadari ini insyaallah kita akan mampu lebih bijak pada anak-anak kita. tidak menuntut sepihak tapi mengajak mereka bersama kita melakukan perbaikan-perbaikan. Teladan ini justru efektif membuat anak-anak menuruti maunya kita.

Lupa bahwa Petunjuk Itu Datangnnya Hanya dari Allah


Saat kita sudah menghindari semua poin dan melakukan yang seharusnya dilakukan tapi anak kita masih jauh dari harapan, sering kali ini juga membuat kita frustasi. Depresi lalu melakukan tekanan pada anak. Ini terjadi karena satu hal, kita lupa bahwa petunjuk itu datangnya hanya dari Allah bukan dari segala perlakuan kita.

Jangankan kita, para Nabi dan Rasul saja tidak bisa memberi petunjuk pada keluarga mereka. Apalagi kita yang hanya manusia biasa. Jadi serahkan semua pada Allah, niscaya apapun hasilnya kita akan legowo dan terus berbuat yang terbaik.

Sebab kita memperlakukan anak dengan baik semata untuk menjalankan amanah, berharap mendapatkan Ridha Allah. Bukan demi imbal baik anak kita pasti akan baik. Karena sekali lagi petunjuk termasuk pada anak kita hanyalah datang dari Allah. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa sekuat tenaga.

Semoga dengan beberapa hal yang harus dihindari dan harus dilakukan ini, bisa mengurangi tekanan-tekanan pikiran dan perasaan kita. Terlebih dalam suasana seperti saat ini. Kita harus berusaha menghindari berbagai hal yang bisa membuat kita tertekan. Serta menciptakan hal-hal yang bisa membuat kita bahagia, maka anak kita pun akan bahagia berada di samping kita. Niscaya hasilnya adalah kebaikan.

Salam Bahagia!
@umi_diwanti

#CreatorNulis
#CreatornulisKeren
#Istimewa
#Masterhabits
#HabitIsHebat
#HebatIsHabits
#WaniNulis
#KaryaHariKe01
#IndonesiaMenulis

4 komentar :

  1. Ini reminder banget mbak untuk saya. Seringnya tanpa sadar membandingkan anak sendiri dengan anak orang. Kok anaknya bisa begini, anak saya nggak. Padahal kan tiap anak beda-beda ya.

    Point terakhir ini yang mesti diingat-ingat juga. Setiap usaha yang dilakukan anak maupun kita sendiri harus terus melibatkan Allah agar dapat hasil yang terbaik.

    BalasHapus
  2. Terenyuh sy bacanya mbak😢, Alhamdulillah dapat semangat lagi bahwa anak adalah aset pahala bagi kita ortunya. Syukron mbak

    BalasHapus
  3. MasyaaAllah tabarakallah.. tulisan yg menginspirasi sekali.alhamdulillah serasa disentil kembali, kita seringkali lupa melibatkan Allah Sang Pemilik dalam membersamai anak2 kita.. syukron ustadzah 🙏🙏

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates