Poin Penting Agar Belajar di Rumah Bisa Tetap Santai tapi Tidak Lalai

Setiap orangtua pasti ingin mendampingi anak-anak dengan pendampingan terbaik. Siapa pun juga pasti sudah memahami bahwa suasana pendampingan itu sangat menentukan perkembangan anak ke depan, khususnya kepribadian anak.

Saat ini, saat kita dilanda pandemi, siap tidak siap orangtua harus praktik jadi pendidik utama. Meski ini sebenarnya sudah menjadi keharusan, hanya saja selama ini kita (para orangtua) belum tersetting seperti itu.

Ya, kita para orangtua zaman now tidak pernah dididik untuk menjadi pendidik utama dalam keluarga. Bisa jadi banyak diantara kita mahir bekerja, piawai berbisnis, tapi saat harus terjun mendidik tak jarang kita pun meringis.

Selain kita harus menyadari bahwa ada sesuatu yang keliru dalam pembentukan masyarakat hari ini, kita juga harus tetap melakukan yang terbaik. Ibarat kata, walaupun nasi sudah menjadi bubur, tapi bubur itu harus kita buat menjadi bubur istimewa.

Kita harus mampu menjadi orangtua terbaik semampu kita. Jangan sampai terlalu santai hingga banyak capaian yang terlalai. Namun juga jangan terlalu mengejar capaian hingga akhirnya semua jadi tegang dan tidak menyenangkan, baik bagi kita atau anak kita.

Untuk itu yang harus kita lakukan terlebih dahulu adalah memilah dan memilih capaian mana yang harus tetap dalam genggaman, mana yang bisa diabaikan dalam sementara waktu ini. Sadarilah kita dan suami kita bukan suparman dan superwoman. Maka jangan memaksa anak-anak kita menjadi generasi super. Cukuplah kita pegang kuat mereka dalam beberapa perkara berikut.

Pertama, Penanaman dan Pengokohan Aqidah


Sudah saatnya kita mengambil fungsi utama kita dalam pendidikan, yakni mengenalkan Allah dan Rasul-Nya kepada anak kita. Bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah yang harus menghamba pada Allah.

Wabah Corona bisa jadi salah satu sarana mengajarkan hal tersebut. Pertama, tentang betapa lemahnya manusia, karena pada benda tak nampak mata saja seisi dunia tak berdaya.  Maka sudah selayaknya kita hanya takut dan taat pada yang menciptakan Corona.

Kedua, Corona membuktikan bahwa sehebat-hebatnya manusia hanya bisa berencana tapi Allah jua yang kuasa menentukannya. Mungkin kita sempat menyusun rencana mau mudik, mau jalan-jalan. Tapi apa yang terjadi, meski semua sudah disiapkan, seketika tak bisa terlaksana saat Allah tidak mengizinkannya.

Hal ini menjadi lebih mudah dipahami anak karena mereka dapat merasakan langsung apa yang kita sampaikan. Andai tak ada Corona, bisa jadi kita tak pernah mengambil amanah mulia ini dan terbiasa menyerahkannya pada sekolah dan guru mengaji anak kita. Padahal pahalanya sangat luar biasa.

Sebagai mana kita tahu pahala mengajak orang untuk masuk Islam atau mengajarkan satu kebaikan pada orang lain. Apalagi ini tentang keimanan dan pada anak sendiri yang memang jadi kewajiban. Kalau ingat ini kita pasti bahagia dan bangga bisa melakukannya.

Kedua, Penambahan Tsaqofah Islam


Mengkaji ilmu atau tsaqofah Islam adalah fardu ‘ain. Semua orang wajib melakukan tanpa bisa diwakilkan. Terlebih terkait hukum fiqh amal yang kita kerjakan sehari-hari. Karena beramal tanpa ilmu bukannya berpahala malah bisa berdosa dan berbahaya. (Apa saja Tsaqofah yang harus didapatkan insyaallah di tulisan berikutnya.)

Jika kita tidak memiliki kemampuan menjadi sumber pembelajaran bagi anak, maka belajarlah bersama dengan anak-anak. Cari guru dan kajian-kajian (online untuk saat ini) lalu kita belajar bersama anak, bahkan bisa satu keluarga sekalian. Toh tanpa adanya keharusan mendidik anak kita juga wajib mempelajari ini.  Jadwalkan dan jalankan.

Dalam hal ini pun kita harus berterima kasih dengan kondisi hari ini, yang secara tidak sadar menggiring kita menjadi lebih baik. Jadi banyak belajar dan banyak tahu. Niscaya kita tidak lagi sibuk dengan ketidakterimaan kita terhadap apa yang tengah terjadi sekarang. Bahkan kita akan mulai menikmati hari-hari dengan banyak mengaji dan mengkaji Islam.

Pembentukan Habit Beramal Solih, Gemar Ibadah dan Hobi Menolong Sesama


Percaya tidak percaya, paribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya” itu adalah benar. Karena anak itu akan mencontoh apa yang diindranya setiap hari. Jadi selama belajar di rumah ini sebenarnya kita lebih mudah mau membentuk habit anak seperti apa. Karena model anak adalah kita saja. Tinggal bagaimana kebiasaan kita, niscaya itulah yang akan jadi kebiasaan anak nantinya. Tentu dengan tidak membiarkan benda lain mencuri perhatian ananda.

“Ah, siapa bilamg, anak saya masih susah shalatnya! Masih susah belajarnya!”

Yakin kita sudah jadi modelnya?  Karena apa yang anak lihat lebih mempengaruhi sistem kerja syarafnya dibanding apa yang mereka dengar.

Sudahkah kita shalat tepat waktu di sela-sela kesibukan kita? Pernahkah anak kita menyaksikan kita sedang seksama belajar?

 Ayah, Bunda, saat kita sibuk luar biasa tapi kita masih menyempatkan shalat tepat waktu dan belajar, saat itulah kita perlu menyampaikan pada ananda.

“Nak, Ayah sebenarnya banyak kerjaan, tapi karena shalat ini wajib Ayah tinggalkan dulu pekerjaan Ayah. Coba kamu perhatikan apa ayah pernah bolos shalat karena sibuk?”

“Nak Bunda sebenarnya pengen sekali istirahat, kan sudah capek masak,tapi Bunda tetap belajar karena belajar ini wajib dan orang berilmu akan dimuliakan Allah.”

Tatap mata mereka dengan cinta dan penuh pengharapan, selebihnya yakinlah anak akan mampu menerima energi positif yang saat itu kita lepaskan.

Ajari Skill Pokok Kehidupan


Untuk anak perempuan ajari mereka memasak, beberes dan lainnya yang jika dia berumah tangga, suami dan anaknya bisa bahagia dengan pelayanannya. Untuk laki laki ajari mereka keahlian yang bisa dijadikan wasilah mencari nafkah. Jualan, desain, montir, elektronik dan apa saja. Saat dia baligh dia mampu menghidupi dirinya dan keluarganya jika telah menikah kelak.

Meski tidak terlarang perempuan belajar keahlian untuk mendapatkan uang atau sebaliknya laki-laki belajar pekerjaan rumah. Agar kelak mereka bisa membatu orang tua atau saling membatu pasangan saat telah berumah tangga. Tapi harus ditekankan pada kewajibannya masing-masing.

Ilmu lain? Ajarkan semampunya saja.  Yang penting 3 poin di atas, insya Allah kita sudah mampu menunaikan seruan Allah untuk tidak meninggalkan anak-anak yang lemah. Lalu apalagi yang kita risaukan?

Dalam kondisi hari ini, pegang kuatlah kewajiban dasar pendidikan anak ini. Selebihnya, santai saja, insyaallah bisa dikejar nanti jika kondisi normal kembali. Bahkan tak menutup kemunkinaan bisa berkembang sendiri dalam kondisi sekarang karena dalam diri anak sudah ada dorongan pemahaman untuk menjadi sebaik-baik manusia.

Semoga dengan mengetahui hal-hal pokok ini, kita sebagai orangtua bisa lebih efektif dan efisien dalam mendidik anak dalam kondisi tiba-tiba seperti sekarang dan dengan ilmu yang belum pernah benar-benar kita siapkan sebelumnya. Jangan lupa tetap bahagia dalam melakukannya.

Salam Bahagia!
@umi_diwanti

#CreatorNulis
#CreatornulisKeren
#Istimewa
#Masterhabits
#HabitIsHebat
#HebatIsHabits
#WaniNulis
#KaryaHariKe02
#IndonesiaMenulis

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates