Rumah Terbaik bagi Kita Itu yang Seperti Apa?


Oleh: Umi Diwanti


Hari ini (21/2/20) diundang sama salah satu sahabat taat acara Aqiqahana anak beliau yang palimg besar. Kebetulan baru pindahan ke rumah sendiri. Jadi sekalian selamatan (tasyakuran) rumah baru sepertinya.

"Rumahnya besar dan bagus Mi lah" ujar si Tengah, di jalan saat pulang. Kebetulan dia ikut.

Saat membicarakan rumah itu, kebetulan kami melintasi beberapa rumah yang bagus-bagus.

"Wah ini rumahnya bagus lagi Mi,"

Saya membatin, anak ini kagum dan pengen rumah bagus. Dalam hati, Umi juga pengen. Ah, siapa sih yang gak pengen. Apalagi saya yang hanya manusia biasa.

Tapi sisi lain pikiran saya langsung terbayang dengan orang-orang yang  bahkan belum punya rumah sama sekali. Tiba-tiba pikiran ini menepis hati yang tadinya sempat terobsesi punya rumah yang lebih baik lagi. Dan rasa syukur kembali meliputi hati.

Dan saya pun ingin anak saya mensyukuri rumah kami saat ini. Otomatis meluncurlah pertanyaan untuk si Tengah.

"Eh tahu gak rumah yang paling baik itu seperti apa?"

"Tahu ai, rumah di Syurga kalo Mi."

Dia rupanya sudah hafal sama jawaban yang diinginkan Uminya. Gak jauh-jauh dari Syurga Neraka. Wkwkkk. Tapi kali ini bukan itu yang saya maksud.

"Itu sih pasti. Tapi yang di dunia ini tahu gak rumah terbaik itu ya rumah kita sekarang."

"Haha, nyata ai, soalnya rumah kita sendiri."

"Bukan, bukan itu maksudnya. Tapi rumah kita sekarang itu kan rezeki dari Allah. Dan Allah pasti ngasih yang terbaik. Dan yang sekarang inilah yang terbaik buat kita."

Anak saya sepertinya belum bisa nangkap apa yang saya maksud, karena biasanya kalau paham dia ngerespon dengan ocehannya.

"Iya, itu yang terbaik. Andai rumah kita lebih bagus dari yang ada ini bisa jadi kan, ada sombong dalam hati kita. Sebaliknya, kalau lebih jelek, bisa jadi kita gak bersyukur sama Allah. Iya kan?"

"Oh hiih lah Mi, bujur jua."

Akhirnya dia nyahut dan paham juga. 😅

"Iya, makanya yang ada inilah yang terbaik."

***

Sebelumnya saya pun tak pernah terpikir tentang apa yang saya bicarakan hari ini. Dengan Rahmat-Nya Allah memberikan ilmu lewat percakapan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya.

Sejatinya memang semua yang menimpa kita adalah yang terbaik dari-Nya. Bahkan saat  belum punya rumah pun pada yang mengalaminya adalah yang terbaik.

Bisa jadi Allah ingin memuliakannya lewat amalan yang tak diberikan pada orang yang punya rumah. Apa itu?

Diantaranya, yang nyata adalah pahala istiqomah tak tertawan oleh rayuan riba rumah kreditan. Di mana hari ini tawaran itu di mana-mana dan setiap saat.

Dari yang cicilan ringan sampai ada yang berhadiah perabot rumah atau motor. Ya Allah, kurang-kurang sabar bisa ambyar iman kita.

Pahala itu tak hanya saat menjalankan yang wajib. Tapi juga saat meninggalkan yang haram. Memilih tetap jadi 'kontraktor' dari pada beli rumah lewat riba adalah salah satunya.

Jadi yang sekarang belum punya rumah tetaplah istiqomah dengan sewa atau kontrak dulu hingga rezeki rumah halal itu datang.


Jika Allah sudah gariskan kita punya rumah, yakin deh jika sudah saatnya, ada saja cara Allah memberikannya pada kita. Jalan yang tak disangka-sangka. Tanpa perlu melirik riba. Cukup yakin dan percaya pada-Nya.

Toh kelak kita tak akan dihisab apakah rumah kita ngontrak, sewa atau milik sendiri. Tapi Allah akan hisab setiap harta kita apakah diperoleh dengan cara halal atau haram.

Rumah terbaik adalah rumah yang di dalamnya kita bisa istirahat dan beribadah dengan tenang bersama keluarga tercinta. Saat kita berdoa, tak ada benda haram di dalamnya yang membuat Allah berpaling dari segala pinta kita.

Jadi tetap lah bahagia, apapun kondisi kita. Menatap ke atas urusan dunia hanya akan membuat kita lelah. Sebaliknya, mensyukuri yang ada akan membuat kita bahagia.

Karena rezeki seperti bayangan. Dikejar bagaimana pun jua, jarak kita dengannya akan tetap sama. Dan saat kita berpaling darinya, yakinlah taka ada pilihan bagi bayangkan kecuali mengikuti kita.

Salam Bahagia!

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates