Prostitusi Remaja Merajalela, Bunda, Peluk Erat Ananda


Oleh: Umi Diwanti


Bukan hal baru sebenarnya, tapi sekarang semakin merajalela. Rose dan Anggun adalah diantaranya, PSK muda yang berhasil diwawancara. Mereka mengaku masih berusia belasan tahun.

Berawal dari pergaulan bebas, Anggun mengaku terlanjur basah bersama pacarnya lalu memilih mandi sekalian di di pekerjaan hina ini. Dia memilih promosi lewat sosmed dengan kode-kode yang sudah dipahami para hidung belang.

Adapun Rose, jalan sesat ini dia pilih semenjak kehormatannya direnggut paksa oleh seorang pria tak dikenalnya. Karena tak kuat dirayu untuk diantarkan pulang. Ia diajak jalan-jalan ke daerah Banjarbaru dan di tempat sepi, predator itu beraksi.

Kasus dua gadis remaja ini ibarat sebutir pasir diantara tumpukan kasus prostitusi remaja di Banjarmasin saat ini. Belum lagi di kota lain dan yang belum terekapose. Sungguh sudah seperti jamur di musim penghujan.

Penyebabnya aneka ragam, saling kait mengait. Terlanjur basah, tekanan ekonomi atau sindikat mucikari. Namun semuanya berujung pada satu hal, semakin terkikisnya rasa takut pada dosa di tengah hiruk pikuk kebidupan kota. Demikian yang diungkapkan seorang psikolog, Rifqoh Ihdayati di lan Radar Banjarmasin online tanggal 23 Desember lalu.

Tidak dipungkiri, ketaqwaan individu hari ini terus menguap dan akhirnya menghilang. Pelajaran agama yang seharusnya menuntun manusia dalam beramal, saat ini sekedar menjadi bahan menjawab soal saat ulangan.

Tuntutan target pelajaran yang harus sampai ditambah kelengkapan administratif pendidik yang semakin rumit. Para guru zaman now kehabisan waktu untuk memperhatikan akhlak dan moralitas siswa.

Demikian pula fungsi keluarga semakin tereduksi oleh himpitan masalah ekonomi yang diselesaikan dengan pemberdayaan perempuan.

Waktu, tenaga dan pikiran seorang ibu sebagai benteng pertahanan terakhir terenggut paksa oleh urusan ekonomi keluarga. Atau sekedar eksistensi diri di sektor publik bagi kaum ibu yang telah terpapar paham kesetaraan gender.

Otomatis mereka tak lagi mampu memeluk anak-anak dengan cinta dan nasihat mulia. Akhirnya pergaulan bebas dan para mucikarilah yang mendekap anak-anak itu.

Di sisi lain, naluri seksual anak semakin binal dengan kehidupan yang semakin liberal. Asas kebebasan yang dijunjung tinggi alam demokrasi membuat segala bentuk pronoaksi dan pornografi bebas bergentayangan menghampiri alat indera anak-anak kita.

Alih-alih menata media dan menjalankan sistem sanksi yang tegas terhadap semua pihak yang terlibat protitusi. Penguasa malah mempersulit penyaluran halal naluri seksual anak-anak kita dengan menaikan batas usia nikah dan sertifikasi nikah.

Sungguh, kebijakan macam ini hanya menambah berat tugas orangtua dalam membentengi anak-anaknya dari lingkaran zina.

Sampai di sini maka jelaslah bahwa anak-anak kita, selain sangat memerlukan kehadiran kita orangtuanya sebagai benteng terdalam. Juga sangat memerlukan penguasa sebagai benteng utamanya.

Maka sebagai ibu, selain berusaha sekuat tenaga memaksimalkan peran sebagai ibu di dalam rumah, juga harus aktif dalam upaya mengingatkan penguasa.

Agar mereka kembali menjalankan fungsi kekuasaannya sebagaimana tuntutan agama (Islam). Niscaya generasi akan terbebas dari prostitusi dan segala bentuk zina lainnya.

#Kompaknulis
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#OPEy2020Day05
#seriparenting

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates