Wahai Para Suami, Please! Kasih Sayang dan Kasih Duit-nya Dong


Oleh: Umi Diwanti

Kemarin ada temen curhat tentang temannya dan dirinya. Asli saya gak nyangka sampai sejauh itu keputusannya. Cerai dan mau bercerai. Gak sanggup menghadapi sikap suami.

Semoga saja tidak jadi. Tapi katanya sudah gak kuat lagi. Kalau gak memikirkan anak-anak sudah diputuskan sejak lama. Huuu.. Jadi ngilu rasanya sudut hati ini.

Ini bukan pertama kalinya denger keluh kesah kaum hawa tentang rumah tangganya. Dari sekian banyak saya coba rangkum dalam 3 dialog berikut.

Kasus 1
-------------
"Kenapa jadi bepisahan? Jaka kada usah pang. Disabari aja."

"Kada sanggup lagi aku. Seumuran beisi laki kaya kada beisi laki. Sorang bebinian nih handak jua merasai kolehan laki. Mun berataan ta ka sorang jua, gasan apa baisi laki?"

Kasus 2
-------------
"Kanapa tadi jadi kayak ini kisahnya? Marasnya kakanakan."

"Ulun ni cil ai, tumat hanyar kawin tuhuk mendangani becari. Pas baanakan gin ulun hakun haja sambil bagindungan anak sambil bagawi. Sampai anak ganalan kaya ini te. Mun maharap gajinya haja kada mayu napa-napa. Di suruh bacari sampingan kada heran-heran. Muntungnya pulang kada batata. Kada sanggup lagi ulun manyandang. Jaka uyuh awak haja kukurang labih. Ngini mana awak mana hati."

Kasus 3
-------------
"Ui Julak napa jadi bapisahan bakatuhaan kaya ini? Jaka tu mun sudah anak ganalan ni baakur-akur ai lagi. Napa lagi dicari."

"Hih ikam nyaman ai manyambat, marasai maka tahu tu. Aku mun masalah si tuha tu kada bacari lagi kada masalah. Sudah tuha ni kada tapi handak balanja lagi jua aku. Tapi mun panyarikan liwar, katuju manyumpahi anak bini ngini nang aku kada sanggup lagi."

*******

Tiga kisah di atas adalah percakapan fiksi dari kejadian asli. Perwakilan dari banyak kasus serupa.

Yang saya tangkap kenapa perempuan gak tahan lagi itu dua hal yang kurang bahkan kadang tidak ada dari suami. Kasih sayang dan kasih duit (nafkah).

"Dasar cewek matre!"

Hei siapa bilang? Seorang istri menagih nafkah pada suami itu tidak salah. Itu fitrah. Bahkan harusnya suami memenuhinya sebelum ditagih.

Sebab, saat seorang laki-laki menikahi seorang perempuan, pada saat itu ia sedang berikrar pada Allah Swt untuk menggantikan kewajiban ayah si perempuan. Salah satu yang utama adalah urusan nafkah.

اتَّقُوْا اللهَ فِيْ النِّسَاءِ، فَإِنَّهُنَّ عوان عِندَكُمْ، أَخَذْتُمُوْهُنَّ بِأَمَانَةِ اللهِ وَ اسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوْجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللهِ ، وَ لَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَ كِسْوَتُهُنَّ بِالمَعْرُوْفِ

“Bertaqwalah kalian dalam masalah wanita. Sesungguhnya mereka ibarat tawanan di sisi kalian. Kalian ambil mereka dengan amanah Allah dan kalian halalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan rezki dan pakaian dari kalian”. (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi)

Bahkan saking pentingnya urusan nafkah ini dalam pandangan Islam. Rasulullah yang mulia sampai-sampai pernah mencium tangan seorang lelaki biasa hanya karena ia pekerja keras dalam rangka menafkahi anak istrinya.

Jadi wahai suami, jangan anda kira istri menuntut nafkah itu matre. Justru yang demikian adalah istri yang masih oroginal. Pemikirannya masih fitrah sesuai syariah. Belum terpapar ide kesetaraan gender. Sebab Islam memang hanya membebankan urusan nafkah pada laki-laki.

Dan perlu anda ketahui, sesungguhnya yang dipermasalahkan kaum istri bukan masalah jumlahnya. Tapi seberapa besar kerja keras anda.

Andai pun engkau pulang dengan tangan kosong setelah seharian berjualan atau bekerja apa saja yang penting halal. Lalu kau katakan pada istrimu.

"Sayang maafkan suamimu ini, hari ini hanya dua bungkus nasi ini rezeki yang bisa kupersembahkan untukmu dan anak-anak. Aku berjanji esok akan berusaha lebih keras lagi. Doakan ya esok Allah kasih rezeki lebih."

Saya yakin tak ada istri yang tega menagih macam-macam jika begini adanya.

Wahai suami, yang bikin para istri gak kuat bersamamu itu bukan sedikitnya uangmu. Tapi lemahnya usahamu. Apalagi jika melihat para suami santai 'menikmati' keadaan. Berkecukupan dari hasil banting tulang istrinya.

Jikapun banyak istri yang diam, sebenarnya mereka hanya tak ingin kapal rumah tangga karam dan anak-anak jadi korban.

Tapi suatu hari, jika hatinya tak kuat lagi. Jangan kaget jika tiba-tiba dia minta cerai. Karenanya sebelum itu terjadi, peka lah wahai suami. Bekerjakeraslah!

Hal kedua yang bisa bikin para istri gak kuat bersama adalah kurangnya kasih sayang. Jangan karena merasa sudah bisa kasih duit berlebih (apalagi kurang), suami boleh sesuka hati memperlakukan istri.

Istrimu adalah sahabatmu. Bukan rakyat jelatamu, bukan pula bawahanmu. Suami adalah pakaian bagi istri yang harusnya mampu memperindah, menghangatkan dan melindungnya dari segala yang buruk. Bukan malah kau ganggu pikiran dan hatinya dengan sikap kasarmu.

Jikapun para suami tak mampu merayu istri dengan kalimat-kalimat mendayu. Setidaknya jangan pernah berkata kasar padanya.

Meski pun kadang cerewetnya menyebalkanmu. Sungguh itu bukan kebencian. Terkadang istri itu marah-marah hanya karena bingung, bagaimanacaranya menyampaikan perasaannya.

Maka ajaklah bicara, tanyakan apa kiranya yang ia inginkan. Jika keinginannya memanglah salah. Nasihatilah dengan kelembutan dan kesabaran.

Karena hakikatnya perempuan itu tidak anti nasihat. Malah sebenarnya mereka mendambakan nasihat dari lelakinya. Di situlah nilai lebih kepemimpinan seorang suami di mata istri.

Dan ini bukanlah permintaan berlebihan dari seorang istri. Bukankah wajar setelah lelah mengalah dengan keluarbiasaan anak-anakmu, ia ingin sedikit saja perhatianmu wahai ayahnya anak-anak.

Bukankah wajar setelah belasan jam bahkan lebih ia merayu anak-anakmu agar mau makan, mau belajar, mau jadi anak baik lalu ia hanya minta sedikit saja rayuanmu sepulang kerja.

"Kami laki-laki juga capek tau, gak cuma istri aja yang capek!"

Yes, kami tahu itu. Sangat tahu. Maka bisakah para suami membayangkan betapa capeknya seorang ibu rumah tangga yang juga harus bekerja. Lalu ia masih harus mengurus anak-anak dan rumah. Apalagi tanpa pembantu rumah tangga.

Padahal, jika mau bertukar peran sekalipun. Saya yakin banyak istri yang sanggup menggantikan pekerjaan suami. Tapi tak banyak suami yang sanggup menggantikan tugas istri.

Dan jangan khawatir wahai suami, jika anda mau sedikit lagi saja berusaha menyenangkan hati istri maka predikat suami teladan akan disematkan Allah dan Rasul-Nya padamu. Tidakkah ini capaian terbaik seorang lelaki?!

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ … رواه الترمذي وغيره

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya." (HR At-Tirmidzi, 3/466;  Ahmad, 2/250 dan Ibnu Hibban, 9/483)

Jika kerbau diikat hidungnya akan nurut kemanapun ditarik majikannya. Wahai suami, jika engkau mampu mengikat hati istrimu, yakinlah dia akan lakukan apapun yang engkau mau.

Yang pasti, kebahagiaan seorang istri akan menjadikannya ibu yang mampu membahagiakan anak-anak mu. Dan sebaliknya. Kau sakiti hatinya, anak-anak rentan menanggung resikonya. Allah akan meminta pertanggungjawabannya pada anda.

Maka wahai suami, jika kau ingin rumahmu diliputi kebahagiaan dan keberkahan jangan lalaikan dua hal penting ini pada istrimu. Kasih sayang dan kasih duit (nafkah).

Bagi para istri yang suaminya sudah berusaha keras memberikan dua hal ini. Bersyukurlah pada Allah. Itu adalah nikmat luar biasa. Balas kasihnya dengan memelihara kehormatan dan berkhidmadlah padanya. Sungguh, syurgamu ada pada keridhaannya.

Note.
*Terkecuali para suami yang memiliki uzur syar'i.
*Masalah lapangan kerja, dalam Islam negara wajib menyediakan.

#Kompaknulis
#OPEy2020bersamaRevowriter
#Revowriter
#OPEy2020Day11
#serikeluarga
#keluargasamara
#keluargabahagia
#sehidupsesyurga

1 komentar :

  1. Waaah benar bgt ini. Nafkah lahir dan bathin. Semoga kita selalu dicukupkan dan merasa cukup. Aamiin

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates