Pentingnya Husband/Wife Speaking



Oleh: Umi Diwanti

Sebuah cerita usang, saya pun lupa terbaca di mana. Tentang sepasang suami istri yang merayakan ulang tahun emas pernikahan mereka.

Lima puluh tahun bukan waktu sebentar untuk mengabaikan segala perbedaan dan memilih mengabdikan cinta dalam persmaan.

Sabar tentu saja menjadi modal yang mutlak. Namun kisah ini akan memberikan maklumat pada kita bahwa ada hal lain yang mampu memperindah kebersamaan selain sabar.

Di hari perayaan ke 50 tahun itu pertama kalinya sang suami mengungkapkan perasaannya. Betapa dia merasa bahagia telah mampu mempersembahkan yang terbaik sepanjang hidupnya pada istri tercintanya.

Ia merasa selalu memberikan yang terbaik untuk istrinya termasuk dalam makan lauk. Namun kali itu, sang istri juga pertama kalinya berani jujur kepada suaminya, bahwa dia selama ini merasa diberikan sisa-sisa oleh suaminya. Keduanya pun terkejut bukan kepalang.

Singkat cerita, suami istri ini memiliki kesukaan yang ternyata berbeda. Suami adalah pecinta buntut ikan, sehingga ia merasa buntut adalah bagian terbaik dari ikan. Selalu ia berikan untuk istrinya dalam rangka menyenangkan istrinya.

Sayang, ternyata sang istri justru menganggap buntut adalah bagian sisa dari seekor ikan. Sungguh hanya karena kesabaran ia menerima pemberian suaminya dengan suka cita.

Wahai Bunda, tentu kita tak ingin mengulang kisah di atas. Satu hal menjadi catatan penting. Betapa komunikasi dua arah suami istri sangat penting.

Andai Kakek dan Nenek saling terbuka sejak awal. Mereka akan bisa saling membahagiakan pasangan tanpa mengurangi kebahagiaan mereke sendiri.

Dalam kasus ini untungnya sabar dan cinta mereka besar. Andai tidak bisa jadi pernikahan berakhir seumur jagung.

Seseorang yang ingin usaha atau bisnisnya berhasil saja bela-belain dia belajar public speaking. Agar pembicaraannya dipahami dan disukai klien. Maka kita yang pastinya menginginkan rumah tangga kita sukses wajib memperhatikan couple speaking.

Pertanyaannya, sudahkah kita mempelajari couple speaking ini? Husband speaking bagi para istri, dan sebaliknya wife speaking untuk para suami.

Saya tidak akan memberikan teori husband speaking dalam tulisan ini karena saya pribadi juga sedang terus belajar dalam hal ini. Hanya saja setidaknya beberapa hal ini yang harus kita ketahui untuk membangun couple speaking yang baik.

Pertama, kenali karakter laki-laki/perempuan secara umum agar kita tak sakit hati. Sering kali kita sudah mencoba berkomunikasi namun respon yang tak sesuai harapan membuat kita kecewa lalu mutung alias ‘meraju’ kalau kata orang Banjar.

Akhirnya pasrah dan hanya bermodal sabar dalam melewati hari-hari berikut. Hal ini cukup berbahaya, karena saat stok sabar kita menipis atau malah habis, sebuah keluarga tak jarang langsung memutuskan berpisah.

“Rasanya sudah cukup kesabaranku selama ini. Dari pada terus menerus sakit hati.”

Saya sering mendengar ungkapan serupa ini. Jika ditelusuri penyebabnya rata-rata karena masalah komunikasi yang tidak berjalan baik.

Adapun karakter umum laki-laki diantaranya adalah, mereka minimalis dalam berkata-kata. Sehingga saat para istri sudah berkeluh kesah sampai ratusan kata, hanya dijawab dengan satu kalimat atau bahkan satu kata.

Menurut psikolog, alamiah laki-laki memang begitu. Informasi ini tentu saja akan membuat para istri tak lagi sakit hati saat pesan WA nya yang sangat panjang hanya dijawab dengan satu huruf “Y”.   

Pun demikian bahwa perempuan itu punya sangat banyak kata yang harus dikeluarkan per hari-nya, maka jika seorang suami mendapati istrinya cerewet pun tak perlu sakit hati. Karena memang demikianlah alamiahnya perempuan.

Jikapun diperlukan, hanyalah mengarahkan. Agar cerewetnya dalam kebaikan. Misalnya menyampaikan dakwah Islam atau nasehat-nasehat mulia pada anak-anak.

Berikutnya, harus kita pahami bahwa para suami itu akan mudah diajak komunikasi kalau kebutuhan biologisnya telah terpuaskan. Ssstt jangan gimana-gimana dulu ya Bund.

Saya pun awalnya merasa risih dengan pembicaraan ini. Sampai suatu hari saya terbuka channel utube salah seorang ustadz yang membahas masalah ini. Bliau bilang begitulah fitrah laki-laki. Makanya kenapa Allah memberikan motivasi untuk beramal solih pada laki-laki itu dengan balasan akan diberikan bidadari.

Jika Allah yang Maha Tahu sudah mengisyaratkan demikian, kenapa kita harus menutup mata dengan perkara ini. Selanjutnya para Bunda pasti tahu lah ya ke mana arah pembicaraan ini. Yes, itulah salah satu kunci sukses husband speaking. 🤭

Kedua, kenali karakter khas pasangan. Setiap orang pasti punya karakter khas. Sejak awal menikah adalah waktu yang harus kita manfaatkan untuk mengenali betul siapa si dia.

Ada suami yang tipenya pendiam, ada yang suka ngobrol apa. Kita harus pandai-pandai mengimbanginya. Yang suami pendiam, jadilah kita yang harus membuka obrolan. Jangan ikutan jadi pendiam. Kata Abah Ihsan keluarga itu harus sering ngobrol biar masalah gak terpendam dan jadi bumerang.

Yang suami suka ngobrol jadilah kita pendengar setia dan baik dulu sebelum menyampaikan sesuatu. Setelah beliau merasa puas bicara baru kita bicara, niscaya akan beliau perhatikan.

Ketiga, Ini nasihat dari salah satu guru saya yang selalu terngiang. Kalau ke suami itu jangan pakai bahasa dalil, meski kita memang menguasai. Tapi pakailah bahasa cinta dengan bermanja. Merengek minta disayangi dan dikasihi.

Misal kita pengen ngajak beliau ngaji. Kita mungkin hafal ayat dan hadist yang mewajibkannya.

"Tahu gak sih Yah, ngaji itu wajib. Kata Ustadza Bunda, sama kayak shalat. Kalau gak ngaji dosa tau Yah. Makanya Ayah buruan ngaji lah." Dengan wajah serius gaya penceramah.

"Yah pengeeen deh Bunda kalau ngaji itu ada ayah yang nemeni. Kebahagiaan Bunda akan semkin sempurna kalau ke majelis ilmu kita sama-sama. InsyaAllah ke Syurga pun kita sama-sama." Dengan wajah memelas dan gelendotan sambil cium-ciumin suami.

Kira-kira mana yang suami bisa terima? Bunda pasti tahu jawabannya.

Atau misal saat suami bilang." Bund, gak usah terlalu sibuk ngaji ya. Cukup ngaji di rumah aja. Apalagi bahas politik-politik, gak usah ya Bund. Nanti kalau Bunda dapat masalah kan Ayah juga yang ribet."

"Ya Allah Yah, bukannya ikitan ngaji dan dakwah  kok malah nyuruh Bunda berhenti sih. Ini tu perintah Allah Yah. Makanya Ayah ikut ngaji juga biar tahu. Ni ya Bunda bacain ayat dan hadistnya, bla bla bla..."

Apa kira-kira reaksi suami setelah itu. Meski pun itu benar. Bahkan sangat benar. Tapi jangan harap itu bikin suami simpati. Yang ada emosi beliau semakin menjadi. Karena merasa digurui. Padahal beliau bilang begitu sebenarnya kita. Lha kita malah nyolot, wajar jika beliau jadi sewot.

"Masya Allah Ayah, ternyata diam-diam Ayah sangat perhatian sama Bunda. Duh Bunda serasa jadi bidadari dunia nih Yah. Tapi tenang aja Yah, Bunda gak akan gegabah. Kan Bunda juga sayang Ayah. Gak mau lah Bunda bikin susah Ayah. InsyaAllah Bunda sudah tahu batasan mana yang boleh dan gak. Justru kalau Bunda berhenti ngaji, Bunda khawatir malah bakal bikin repot Ayah di akhirat nanti. Tolong doain Bunda terus ya Yah, Biar Allah jagain Bundanya lebih-lebih lagi."

Nah kalau yang ini, gimana kira-kira Bund? Saya yakin reaksi suami akan beda dengan jawaban di atas.

Ya, itu hanya contoh saja. Saya yakin para Bunda lebih tahu bahasa 'rayuan maut' untuk suami masing-masing. Ayo atuh dipraktikin. Gak perlu isin kata orang Jawa mah. Kada usah supan jar orang Banjar. Wkwkwkk

Keempat, tentu saja setelah semuanya kita upayakan, yang tak boleh lepas dari perhatian adalah sikon dan keadaan hati kita atau pasangan.

Kadangkala konten dan gaya bahasa sudah oke tapi kok doi jadi sensi. Nah besar kemungkinan kesehatan fisik atau hati doi lagi gak fit. Baiknya tunda dulu membicarakan masalah penting.

Tunggu sampai kondisi stabil. Kalau mau cepat kita tak hanya bisa menunggu. Tapi ciptakan sikon. Bisa dengan memberikan pelayanan lebih prima.

Memberi hadiah juga bisa merubah sikon. Dan hadiah gak harus yang bernilai materi ya Bund. Pijitan atau menu spesial juga oke lho. ☺️

Sampai di sini aja ya dari saya. Monggo tambahkan di kolom komentar. Semoga bermanfaat.


1 komentar :

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates