Anak Bertingkah Saat Ada Orang, Kita Harus Bagaimana?



Oleh: Umi Diwanti

Saat ada tamu. Sedang di pengajian. Atau sedang berada di tempat umum. Anak yang tadinya nurut bisa berubah jadi susah dibilangi. Entah itu nagih jajan, ngotot pinjam HP, pecicilan di hadapan orang atau yang lainnya.

Biasanya kita orangtua dibuat serba salah. Dibilangi pelan-pelan gak mempan. Dikerasin kitanya gak enak sama orang. Apalagi kalau ananda mengeluarkan jurus pamungkas. Nangis sambil meronta-ronta.

Kebanyakan kita akhirnya menyerah. Lalu memilih kalah. Memberikan semua yang mereka amprah. Sayangnya hal ini tidak baik bagi anak. Suatu hari mereka pasti akan mengulangi lagi dan lagi.

"Tapi mau bagaimana lagi? Kalau gak diuruti gak berhenti meronta. Gak enak dilihat orang."

Maka yang pertama harus kita lakukan tentu saja memilah, mana permintaan wajar yang memang tak apa kita ikuti mana yang memang gak boleh kita ikuti.

Kalau permintaan anak masih dalam kewajaran, misal minta jajan makanan atau minuman yang tidak bermasalah. Gak masalah, kita ikuti saja.

Apalagi kalau yang mereka minta adalah kebutuhan dasar. Semisal makan, minum, capek mau tidur. Malah wajib bagi kita memenuhinya terlebih dahulu sebelum kita menyambung urusan dengan orang lain.

Kedua, jika yang diminta sesuatu yang gak seharusnya. Semisal pinjam HP, padahal kita sedang terapi mengurangi HP dari anak. Atau minta makanan yang dia sedang tidak boleh memakannya.

Maka dekati anak dan peluk. Tenangkan dulu. Baru jelaskan kembali kenapa mereka tidak boleh menggunakan atau membeli barang tersebut.

Jika anak berontak atau menjerit, kita ajak menjauh dari orang-orang. Terus jelaskan lagi. Tegaskan bahwa kita tetap gak akan memberikannya meski mereka tetap nangis.

Ini akan membuat mereka sadar bahwa tangisannya tidak laku. Saat capek mereka akan berhenti sendiri.

Ketiga, jelaskan pada orang lain yang kita khawatirkan salah paham, semisal tamu yang datang. Tentang kenapa kita tidak mau menuruti maunya anak kita.

Bahkan jika pola anak ini sudah kita kenali. Sebelum anak kita action, kita harus lebih dulu menjelaskan pada tamu/orang lain tadi. Agar mereka pun tahu duluan. Dan gak kadung kasian kalau anak kita tetiba merengek.

Keempat, hubungkan komunikasi kita ke anak dengan orang lain yang ada bersama kita. Misal ada tamu, anak nagih HP.

"Tuh coba tanya tante, ada manfaatnya gak main HP. Gak bagus kan Tante? Radiasinya bikin gak sehat. Mainannya bikin otak gak jalan. Mending main bongkar pasang, bikin otak cerdas. Bener kan Tante?"

Kalau sudah begitu, biasanya gak ada pilihan bagi orang lain tadi kecuali ikut menasihati ananda. Setidaknya mereka menyepakati pernyataan kita. Ini penting. Karena anak biasanya lebih dengerin kalau orang lain yang ngomong.

Ini juga menghindarkan si orang lain tadi menjadi iba pada anak dan menampakkan dukungan pada anak.

Jadi istilahnya kita dan ananda harus dulu-duluan merebut dukungan dari orang lain tadi. Bisa berabe kalau anak kita yang lebih dulu dapat simpati mereka. Karena gak tega lalu ngasihkan HP nya ke anak kita.

Kelima, minta bantuan orang lain untuk menasihati anak kita. Misal anak pecicilan saat di pengajian. Kita tegur malah kayak disuruh. Tapi kalau orang lain yang negur, insyaallah anak kita akan malu atau takut.

Intinya tetaplah pada ketetapan kita dengan mengupayakan penjelasan maksimal. Termasuk minta bantuan orang lain. Selain aturan yang sudah kita buat tidak kebobolan, anak juga akan belajar konsisten.

Seperti biasa, jika Bunda punya tips lain, silakan tambahakan di komen. Semoga bermanfaat.


2 komentar :

  1. Most of us finally give up. Then choose to lose. Give all they can. Unfortunately this is not good for children. One day they will surely repeat again and again.

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates