Delapan Perkara yang Bikin Para Suami Tak Punya Etos Kerja


Oleh: Umi Diwanti


Ternyata Fenomena “Tulang yang Tertukar” itu tak hanya di rumah salah satu atau dua dari kita. Tapi hampir sa-Endonesah. Bahkan bisa jadi mendunia. Di Barat gak terlalu mempermasalahkan sebab mereka tidak terikat syariat.

Dari berbagai penuturan nara sumber dan penelaahan penulis, setidaknya delapan hal berikut adalah penyebab lemahnya upaya para suami dalam mencari nafkah.

Pertama, belum paham kewajiban sebagai suami. Zaman sekarang di mana dunia pendidikan baik formal maupun non formal tidak berasas Islam, banyak orang yang tidak paham apa saja hak dan kewajibannya sebagai manusia, salah satunya saat menjadi kepala keluarga.

Kalau gak paham ya wajar, gak merasa salah. Kalau gak merasa salah, mau diapain juga susah berubahnya. Lha dia merasa sudah bener aja. Apanya yang harus diubah. Saat kita mau merubah bisa jadi malah kita yang dianggap resek.

Kedua, salah memahami masalah rezeki. Mereka ini biasanya kita pandang sebagai orang yang paham agama. Tapi kok cuma diam saat istri minta nafkah dicukupi? Malah mereka yang menasehati istri agar bersabar. “Kalau rezeki pasti ada aja nanti.” Lha? 😪

Ketiga, gengsi gede-gedean. Lagi-lagi di zaman sekarang, saat pendidikan agama sangat lemah. Urusan gengsi ini semakin menjadi. Istilahnya “biar tekor asal tersohor”. Biar gaji dikit asal kerja di tempat elit.

Akhirnya gak mau bekerja kecuali kerjaannya sesuai pendidikannya. Merasa lebih terhormat menganggur daripada harus kerja yang tak sebanding dengan ijazahnya.

Sementara lapangan kerja di era kapitalis sekarang memang didesain perempuanable banget. Gayung bersambut. Para suami semakin larut.

Keempat, pemalu dan penakut. Mau tapi malu. Mau tapi takut gagal. Apalagi kalau kita sebagai istri pernah salah berekspresi. Merasa disalahkan lalu akhirnya memilih pasif sekalian.

Kelima, faktor keturunan. Fenomena pertukaran peran ini memang bukan baru-baru ini saja. Bisa saja para suami begitu karena dulu keluarganya juga begitu. Menganggap biasa saja yang penting saling ikhlas. Ya udah, bablas.

Keenam, suami tipe anak mami. Pendidikan di keluarga sangat menentukan corak seseorang. Anak laki-laki yang tidak dilatih untuk mandiri. Terbiasa segala sesuatu dipenuhi orangtua, apalagi ditambah istri yang serba bisa. Sempurnalah penguburan potensi diri suami.

Ketujuh, ada tipe laki-laki yang memang gak mau capek. Sengaja menikahi perempuan pekerja agar tidak repot urusan nafkah. Bahkan untuk keperluan sendiri saja mereka tak sungkan meminta pada istri. Berharap banget yang begini cuma ada di sinetron, gak ada di dunia nyata. Hiks.

Kedelapan, lapangan kerja yang tidak berpihak pada laki-laki dan kondisi usaha yang sama sekali tidak berpihak pada rakyat jelata. Tak sedikit yang begini.

Suami mau kerja, tapi lapangan kerjanya tak ada. Suami mau bisnis, modalnya gak ada. Saingan berat. Beberapa kali mencoba malah gagal hingga akhirnya memilih diam dari pada justru menghabiskan harta yang ada.

Jika ada penyebab lain, silakan tambahkan di komentar. Insyaallah esok kita akan bahas apa bahayanya "bertukar tulang" ini bagi masa depan dunia hingga akhirat.

1 komentar :

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates