Amalan Orangtua agar Anak Jadi Penurut



Oleh: Umi Diwanti


Salah satu yang bikin hati orangtua adem itu adalah anak yang nurut. Kalau anak sesuai keinginan kita, rasanya kita tu punya harta paling berharga. Tul ga Bund?

Setelah di tulisan sebelumnya kita mencoba mengurai apa saja penyebab anak membangkang. Kali ini saya coba sharing apa yang harus kita lakukan agar ananda bisa cenderung jadi anak penurut.

(Tulisan sebelumnya: Bisa Jadi Ini yang Bikin Anak Membangkang)

Pertama, sebagai dasarnya kita harus mengenalkan anak tentang hakikat diri. Bahwa kita manusia. Ada Allah yang Maha Hebat. Yang telah menciptakan kita sekaligus memberikan rezeki pada kita.

Bernafas, melihat indahnya dunia, makan dan minuman setiap hari. Dan untuk itu Allah gak minta apa-apa, hanya minta kita taat pada-Nya.

Kedua, kenalkan pula bahwa hidup di dunia hanya sementara. Setiap yang bernyawa pasti meninggalkan. Lalu akan dimintai pertanggunjawaban atas setiap yang kita lakukan.

Allah hanya menjanjikan dua tempat di akhirat. Syurga dan Neraka. Yang taat akan selamat hingga ke Syurga. Yang melawan akan dimasukan ke Neraka.

Ketiga, selanjutnya sampaikan bahwa shalat, birulwalidain, dan lainnya yang kita minta dan larang ke mereka itu adalah maunya Allah. Untuk mereka sendiri. Bukan untuk kita.

Sampaikan bahwa tugas orangtua hanya menyampaikan. Nurut atau tidak, mereka sendiri yang akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.

Adapun kita berharap mereka jadi anak nurut semata-mata agar mereka disayang Allah. Biar bisa selalu bersama-sama hingga ke Syurga.

Kadang saya bilang ke anak-anak saya yang kurang lebihnya begini. "Andai kamu gak shalat/ gak nurut, tetap bisa masuk Syurga. Umi gak akan repot-repot menasehatimu. Umi begini karena Umi sayang. Pengen anaknya jadi ahli Syurga."

Keempat, setiap meminta anak melakukan sesuatu atu melarangnya, selalu sertakan penjelasan.

"Ayo shalat yuk. Shalat itu jalan menuju Syurga lho Nak. Kalau jalannya gak ada, gak bisa sampai ke Syurga." Penjelasan disesuaikan dengan usia anak. Pastinya beda-beda antar usia.

Bisa juga dengan bahasa sindiran. "Yah, Bunda sedih deh." "Sedih kenapa Bund?" "Sedih kalau nanti kita ke Syurga-nya cuma berdua aja, Bunda kan maunya sama anak-anak juga. Tapi anak-anak gak mau shalat, kan syarat ke Syurga harus rajin shalat kan Yah?"

Biasanya dengan penjelasan model begini, hati anak lebih mudah disentuh. Apalagi kalau kita mengungkapkannya penuh ekspresi.

Jikapun kita harus menyampaikan suka dan tidak sukanya kita. Tetap iringi dengan alasan suka dan tidaknya kita itu karena Allah menetapkan begini dan begitu.

Dengan begini mudah-mudahan akan terbangun standar yang jelas dalam dirinya. Bahwa baik tidaknya, boleh gaknya, semua dari Allah saja. Bukan selainnya.

Kelima, utamakan penggunaan kalimat positif. Sebaiknya begini, alangkah baiknya jika begitu, dll. Tapi bukan berarti gak boleh bilang "jangan". Bahkan adakalanya kita harus tegas bilang "jangan" ke anak.

Sebagaimana yang dicontohkan seorang ayah yang mulia, Luqman dalam Al-Qur'an. Beliau memulai nasihat pada anaknya, tentang aqidah dengan diawali kata "jangan". (QS. Lukman: 13)

Hanya saja yang terpenting adalah penjelasan setelahnya harus sejelas-jelasnya. Karena justru salah jika memaksakan hanya memakai kalimat positif tapi membuat konsep kebenaran yang ingin kita tanamkan menjadi lemah.

Keenam, hindari sikap plin plan. Tak dipungkiri emosi kita sering labil saat ada pikiran atau lagi capek dan banyak kerjaan.

Maka jika kita terkhilaf. Suatu saat marah tanpa sebab yang jelas. Jangan sungkan minta maaf sama anak. Sehingga konsep salah benar yang sudah mulai dipahami anak tidak rusak karena ketidakstabilan emosi kita.

Ketujuh, berusahalah menjadi teladan dalam setiap kebaikan. Anak kita tak hanya punya pendengaran untuk menerima perintah dan larangan kita. Mereka punya mata untuk melihat langsung perbuatan kita.

Jangan sampai kita nyuruh ini dan itu sementara kita sendiri tidak melakukannya. Kita minta anak lembut pada kita, tapi kita tak lembut pada pasangan dan Ibu Bapak kita. Nastagfirullah 😥

Kedelapan, jangan lupa terus lafazkan doa-doa terbaik untuk ananda.

Sebaliknya, pantangan besar bagi orangtua mendoakan anaknya yang tidak baik. Atau mengumpati anak dengan sumpah serapah saat marah-marah. Semarah apapun, lafazkan kebaikan untuk mereka.

Kesembilan, intropeksi diri. Berharap anak menjadi solih dan taat, bagaimana dengan kita sendiri?

Sudahkah kita jadi hamba yang taat pada Robb kita? Sudahkah kita jadi anak yang birul walidain pada orangtua kita? Sudahkan kita jadi istri/suami yang baik bagi pasangan kita? 😢😢

Jangan-jangan susahnya kita mendidik anak-anak untuk taat, tersebab kita pun masih suka membangkang. Perintah Allah kita indahkan. Orangtua tak kita hiraukan. Suami/istri belum kita hormati.

Jika belum, yuk sama-sama kita insyafi kesalahan diri. Mohon ampun pada Allah. Minta maaf pada orangtua dan suami/istri. Lalu perbaiki sikap kita. Berusaha menjadi orang yang taat.

Semoga ini menjadi wasilah Allah mudahkan kita mendidik anak-anak. Dan Allah berikan kita anak-anak yang menjadi penyejuk mata dan hati karena kesolihannya.

Sebuah renungan bagi saya pribadi dan kita semua yang menginginkan ananda tumbuh menjadi anak solih nan penurut. Nastagfirullah ya Allah. Kabulkan hajat kami. Aamiin ya Robbal alamiin.

1 komentar :

  1. Masya Allah, tulisan yang luar biasa, ngena sekali dan sangat bermanfaat

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates