Malunya Aku



Suamiku tak seperti dulu lagi. Perhatiannya berkurang, bahkan kurasa mulai hilang. Wajar sih, aku juga tak semenarik dulu lagi. Jadi ibu rumah tangga membuat aku jadi cepat tua. Sedang dia, di luar sana banyak yang kinclong.

Tapi kucoba terus bersyukur hingga suatu hari, tak lama setelah kuberanikan diri meminta uang belanja tambahan.

"Mas, boleh gak aku minta tambahan uang belanja 500 ribu saja setiap bulan. Aku mau perawatan, beli skincare kayak istri-istri orang gitu."

"Uang yang biasa aku kasih gak cukup kah buat sekalian beli begituan?"

"Kalau cukup ngapain aku minta lagi? Apa mas gak percaya sama istri sendiri?"

"Bukan begitu, kamu kan tahu sendiri..."

Terang saja aku kecewa, langsung kusela kat-katanya, "Ah sudah lah Mas, gak usah dibahas lagi. Sebenarnya aku sudah nyangka jawabannya bakal begini."

Langsung kusudahi saja obrolan saatbitu, daripada bertambah kecewa dengan alasan-alasan yang disampaikannya.

***

Seminggu berlalu. Entahlah, mungkin karena kejadian itu, suamiku tambah cuek.

"Apa aku salah? Bikin dia jadi tambah gak betah di rumah."

Rasa bersalah tetiba menghantuiku.

Eh, tapi kan niatku baik. Kata temen-temen kalau mau cantik harus perawatan. Kalau aku bisa jadi lebih cantik kan buat dia juga. Masak sih begitu saja marah. Huh, emang dasar sudah gak sayang ya begitu. Hiks.


***

Suamiku semakin aneh. Sekarang pakaiannya wanginya beda. Ya Allah pertanda apa ini?

"Mas kok bau parfumnya beda sama yang biasanya?"

"Ehh, hmm, anu kemarin.."

"Kemarin apa? Beli parfum baru?"

"Eee.. i i iyya.."

"Oh syukur lah kalo gitu."

Kali ini aku lebih menjaga intonasi suaraku. Aku takut bikin dia marah seperti kejadian kemarin, nanti dia malah menjauh. Aku dan anak-anak sangat memyayanginya.

"Ya Allah beri hamba kesabaran, dan jagalah suami hamba dari keburukan pergaulan bebas di luar sana."

Tapi, doa-doa dan prasangka baikku seolah bertepuk sebelah tangan. Saat dia mandi, ada panggilan masuk di HP suamiku, meski tanpa nama, pict kontaknya seperti perempuan. Sayang saat akan kuangkat keburu panggilan dihentikan.

Selama ini aku gak pernah buka-buka HP suami. Tapi kulihat di notif pesan WA, nomor yang sama mengirimkan pesan. Ya Allah maafkan aku terpaksa kubuka HP nya tanpa izin.

Astaghfirullahal azhim, apa-apaan ini suamiku sudah pasang kode rahasia di HPnya. Benar dugaanku, pasti ada apa-apa sama suamiku.

Pengen rasanya aku langsung berteriak saat itu. Saat sudah mengambil nafas panjang buat berteriak, tiba-tiba si bungsu masuk kamar.

"Bunda Ayah mana?"

Ya, dia dan kakak-kakaknya begitu dekat dengan Ayahnya. Mereka kalau sudah kumpul sama ayahnya, nampak sekali bahagianya.

Aku gak boleh gegabah merusak kebahagiaan mereka. Aku urung bertanya masalah ini. Setidaknya sampai anak-anak tidak melihat kami.

Tapi sampai kapan aku harus bertahan dengan kondisi yang sangat menyakitkan ini. Ya Allah kuatkan, kuatkan.

Pertahankan ku akhirnya goyah juga. Esok harinya saat aku jemput anak pertamaku les di sekolah. Tak sengaja aku liat suamiku ada di muka rumah orang. Sedang bercengkrama dengan salah satu perempuan. Muda. Cantik. Terlihat mereka berbincang sangat asik.

Kaki dan tanganku panas dingin. Hatiku serasa dicabik seribu pedang. Wajahku memanas, airmataku seperti bendungan hampir jebol. Kutahan demi harga diriku. Akau gak boleh kelihatan lemah dan terlalu membutuhkannya di hadapan perempuan itu. 

Sreet, tiba-tiba kakiku reflek menginjak rem tepat di depan rumah itu. Suamiku dan perempuan itu tetiba menatapku. Si perempuan seperti sedang mencoba mengenaliku. Dan suamiku tampak seperti ingin menyembunyikan sesuatu.

"Yah, lagi apa di sini?" Si Sulung tetiba menyapa Ayahnya dengan ramah.

"Iya Ayah ngapain di sini? Pantesan tiap hari pulang telat, rupanya mampir ke sini ya?!"

Jangan ditanya nada bicaraku. Bergetar. Saking kutahan emosi membara. Ternyata perempuan ini yang selama ini bikin perasaanku tersiksa. Andai aku tak mengingat ada si Sulung bersamaku. Mungkin sudah kujambak rambut perempuan itu.

Suamiku tampak gelagapan. Sedang si perempuan itu tampak santai. Sebelum aku memarkir kendaraanku dia malah berjalan menghampiriku.

"Ya Allah ini cewek apa udah kerjaannya ya begini, bisa santai banget ngadepin istri orang."

"Ibu istrinya Pak Leo ya? Kenalkan bu, saya pelanggan loundry di tempat suami ibu.

"Loundry?"

Iya bu, Alhamdulillah saya puas dengan pelayan beliau. Selama ini saya susah dapat tang cocok. Bisa segera jemput kalau ada pakaian kptor dan langsung diantar hari itu juga."

Panas wajahku tetiba seperti disiram kepingan salju kulkas yang lama mengendap. Gak cuma dingin tapi juga bonyok-bonyok saking malunya aku.

Aku hanya bisa menelan ludah tanda kekalahanku. Pantesan selama ini kalau ada pesan WA masuk, suamiku buru-buru keluar rumah.

"Ini anak Pak Leo ya? Ini tante punya hadiah buat kamu."

Sambil memberikan satu amplop berwarna cantik. Dia elus kepala Sulungku sambil bilang, "Tadinya tante mau kasih lewat Ayahmu, kebetulan kamu ada. Nih ambil ya, buat tambahan uang jajan. Kata Ayahmu, kamu anak pintar. Doakan tante lekas dikasih momongan ya."

"Aamiin.." jawabku refleks mendengar permintaan doa yang amat tulus itu.

Astaghfirullahal azhim, ternyata aku sudah salah sangka padanya. Kupikir dia wanita penggoda seperti yanbg banyak terjadi saat ini.

"Mari Bu mampir ke rumah saya dulu", sapa perempuan utu dengan penuh kehormatan padaku.

Aku? Rasanya ingin sekali lari ke beberapa menit sebelum kejadian ini untuk mengurungkan niatku mampir ke rumah ini. Memperturutkan prasangka burukku.

Tetiba suamiku menggamitku dari belakang, "Yuk Bund, kita pulang saja, soalnya sudah sore kasian Luna di rumah cuma berdua sama Dita."

"O e i ya.."

Tetiba aku yang jadi gagap.

"Kami pamit dulu ya Mba, anak kami yang nomer dua dan tiga cuma berdua di rumah. Lain waktu istri saya bisa main ke sini lagi."

Sambung suamiku membantu mengatasi kegagapanku.

"Ma ma af ya Mba, sudah menggagu Mba. Saya pamit dulu." Alhamdulillah akhirnya mulutku masih bisa ngomong.

Dengan rasa malu dan merasa bersalah aku pulang bersama si Sulung. Beriringan dengan seuamiku.

Ya Allah betapa berdosanya aku, ternyata suamiku tak sepertinya persangkaanku.Tapi kenapa juga sembunyi-sembunyi segala. HP ngapain dikunci kalo gak ada apa-apa. Belum 100% perasaanku bersih dari curiga.

***

"Maaf ya Bund, gak lama setelah Bunda minta uang tambahan Ayah putuskan menerima tawaran kerja teman yang baru buka Loundry. Lumayan dia tawarkan 500rb per bulan, pas seperti yang Bunda minta."

"Tapi..."

Belum selesai, dia langsung peluk aku sambil menutup mulutku dengan jari telunjuknya.

"Sst.. Jangan keras-keras. Anak-anak di luar kamar. Pasti dengar obrolan kita.

Pasti kamu curiga dengan bau parfum dan HP yang terkunci kan?

Jadi gini Bund. Karena loundrynya baru buka. Kadang ayah bantu setrika juga kalaubpas sore barang konsumen belum selesai. Jadilah bau parfum loundry spesial pesanan konsumen itu nempel juga di pakaian Ayah."

Aku hanya bisa menikmati pelukannya yang sudah lama kurindukan. Dan sekarang aku tahu kenapa dia lama tak memelukku tersebab banyaknya pekerjaan yang harus dia tunaikan. Dan itu semua demi memenuhi kebutuhanku. Sedang aku masih sempat berburuk sangka padanya.

"Ayah kan tahu, Bunda suka membanggakam pekerjaa Ayah di hadapan teman Bunda. Ayah gak pengen bunda tahu kerjaan ayah yang baru sebagai buruh loundry bikin bunda malu."

"Ayah maafkan aku, rupanya aku sudah jadi istri yang terlalu selama ini." Kalimat itu hanya keluar dalam bentuk airmata yang menganak sungai. Deras tanpa busa kuhentikan. Kueratkan pelukanku.

"Lho kok Bunda malah nangis?", dia seka airmataku.

"Sekarang aku sangat bangga sama Ayah, tak peduli apapun kerjaan ayah. Asalkan halal aku gak malu kok Yah."

"Alhamdulillah ya Allah, kau berikan istri terbaik untukku." Tambah meleleh lah aku dengan pujiannya ini. Aku yang begini, diakuinya sebagai istri terbaik. Sungguh aku sangat malu.

"Saya gak akan minta macam-macam lagi kok Yah. Asalkan Ayah tetap sayang dan ada waktu buat kami."

"Tenang aja Bund, insyaallah nanti kalau pelanggan loundrynya sudah banyak, ayah nanti gak bantu tehnis lagi kok Bund. Ayah hanya akan bantu bagian manajemen dan promosi saja. Jadi punya banyak waktu lagi buat Bunda dan anak-anak. Doakan ya Bund, pekerjaan Ayah di kantor lancar dan usaha loundrynya juga semakin sukses."

Aku hanya bisa mengangguk dengan deraian air mata bahagia, malu dan penyesalan. Semoga Allah mengampuniku.

By. @umi_diwanti






4 komentar :

  1. Ya Allah, ada juga ya kisah seperti itu. Artinya tabayyun itu penting banget dan...sabar yang buesarrr

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba bisa jadi ada dan banyak meski beda-beda kasus

      Hapus
  2. Duuh bund.... Jd meleleh bacanya

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates