Hai emak yang dirahmati Allah Swt. Gimana kabarnya? Lagi sibuk masak daging ya? Biar Idul Adha kali ini tak sekedar ngurusi daging. Yuk kita sama-sama ambil ibroh besar di balik peristiwa kurban.
Refresh aja ya Mak, karena haqqul yakin, Emak sudah tak asing dengan Kisah Nabi Ibrahim. Yang berpuluh tahun menikah tak jua dikarunia anak. Tak lelah berdoa dan berusaha, hingga akhirnya Allah mengabulkan. Seorang anak lelaki tampan nan solih.
Kebayang gak Mak, di saat-saat paling membahagiakan menyaksikan pertumbuhan buah hati idaman. Tiba-tiba Allah meminta menyembelih anak tercinta. Sungguh ujian keimanan luar biasa.
Coba deh Mak bayangin andai kita yang Allah minta. Jangankan anak satu-satunya yang sudah lama dinantikan. Andai kita yang punya anak selusin pun berat melakuakannya. Buktinya, kadang anak kita diomelin Bapaknya aja emak kagak terima. Ye kan Mak?
Nah, sebenarnya gak beda kok. Nabi juga manusia. Tak mudah bagi beliau menjalankan perintah tersebut. Namun satu hal, keimanan di dadanya jauh lebih besar daripada cintanya pada sang anak. Perkara yang sudah seharusnya bagi setiap yang mengaku beriman. Bahwa cintanya pada selain Allah dan Rasul harus berada di bawah keduanya.
Itulah yang membuat beliau mampu dengan ikhlas untuk melakukannya. Tanpa bertanya-tanya apalagi menduga yang tidak-tidak. Meski secara zahirnya bahaya, beliau tetap percaya setiap yang datang dari-Nya pasti baik akhirnya. Dan benar, Allah pun menggantikan posisi Ismail dengan seekor domba. Begitulah Allah tak akan menyia-nyiakan ketaatan hamba-Nya.
Nah sekarang, bagaimana dengan kita Mak? Apa yang bisa kita korbankan sebagai bukti keimanan? Sebagai emak yang muslimah, kita harus menyadari ada amanah besar dibahu kita. Coba perhatikan bagaimana kondisi umat saat ini. Kenakalan remaja di mana-mana, kemiskinan merajalela, kriminalitas setiap saat muncul dalam berita. Semua itu terjadi tidak lain karena manusia berpaling dari aturan Allah Swt.
Sebagai muslimah yang meyakini adanya hari penghisaban, tentu kita tidak akan pernah berdiam diri untuk kondisi ini. Sebab Rasulullah Saw telah bersabda, “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.” [HR.Muslim]
Karenanya, siapapun kita, melakukan perubahan adalah kewajiban. Caranya? Tentu saja harus mengikuti apa yang pernah dilakukan Baginda Nabi Saw. Yakni mempelajari dan mendakwahkan Islam secara keseluruhan. Di sinilah kita akan menemukan “Ismal-Ismail” kita untuk dikorbankan.
Bisa jadi dia adalah waktu istirahatmu. Disaat emak lain telah berbaring, Emak masih berjibaku dengan cucian dan persiapan menu makanan esok pagi. Tersebab esok harus menghadiri majelis guna memperbanyak ilmu. Bekal terbaik menjadi istri, ibu, tetangga, dan hamba Allah Swt.
Saat Emak lain Sabtu Minggu pergi ke salon untuk me time, Emak justru sibuk menghadiri agenda dakwah dengan sepaket krucil yang libur sekolah. Bahkan saat muslimah lain bisa duduk manis, emak kadang hanya bisa meringis saat si krucil belum bisa “dijinakkan” dalam forum.
Bisa jadi ‘Ismail’ emak adalah saat mupeng liat barang cakep, diskon pula lewat di beranda. Sudah mau chat pesan, ingatlah bahwa ada prioritas dana untuk keluarga, membantu tetangga bahkan untuk keperluan menolong agama. Batal dan kembali melirik tas pemberian suami tercinta saat hantaran pernikahan.
Dan tak jarang ‘Ismail’ emak adalah karir. Tersebab kesadaran kita akan perlunya kehadiran kita bagi anak, dan keterbatasan kita tuk menata waktu agar kewajiban belajar serta amar ma’ruf nahi mungkar. Kita rela menggantung blazer dan kembali berdaster. Dan masih banyak lagi. Tiap orang punya ‘Ismail’ sendiri.
Berat? Pastinya tidak mudah. Tapi dengan iman dan kesadaran bahwa hidup ini memang perjuangan mendapatkan keridhaan Allah, insya Allah semua akan terasa lebih indah. Dan jangan khawatir ya Mak, jika semua kita lakukan lillah, hidup kita dan keluarga pasti berkah, itulah janji Allah.
“Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal shaleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya”. [TQS an-Nisaa’: 173]
Oleh: Umi Diwanti
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar