Setelah mulai melangkah hijrah di jalan dakwah. Mengkaji Islam dan berbagai agenda lain akan menyita waktu kita. Sementara ada orangtua yang jua memerlukan perhatian kita.
Bisa jadi selama ini, sebelum kenal Islam kita termasuk anak cuek bebek sama urusan orangtua. Maka setelah mengaji harusnya kita berubah. Sebab birulwalidain (berbuat baik pada orangtua) adalah salah satu kewajiban yang harus di tunaikan.
Jika sebelumnya kita sudah terbiasa membantu dan memperhatikan mereka. Setelah mengaji harus ditingkatkan lagi servisnya. Buat mereka senang berkali lipat dari biasanya.
Kerjakan apa saja yang bisa membuat mereka senang. Sebab ridho mereka adalah ridho Allah dan sebaliknya. Bantu kerjaan rumah, bantu jaga adik, pijitin, ata apa saja.
Batasannya hanya 1, tidak ada ketaatan pada makhluk yang melebihi ketaatan pada kholiq.
Jadi selama tidak melanggar hukum syara, patuhi dan penuhi permintaan mereka. Tawarkan sebelum mereka minta, lebih baik lagi.
Agar waktunya cukup. Bangun tidur lebih pagi. Shalat malam, baca Qur'an lanjutkan beberes rumah, bantu siapkan sarapan.
Berangkat sekolah cium tangan mereka dan mintalah doa agar kita dijadikan anak solih. Lafazkan. Insya Allah menggetarkan hati mereka.
Demikian sepulang sekolah. Salim dan tanyakan kabar mereka. Tunjukan perhatian kita, jika ada bawakan oleh-oleh meski hanya jajanan kecil.
"Ini Ma, Pak saya beli ini, enak deh, coba ya, sengaja saya belikan buat Mama dan Bapak biar tahu rasanya."
Jika ini kita lakukan, kira-kira saat nanti sore atau weekwnd kita izin ngaji atau dakwah. Kira-kira diizinkan tidak?
Jika suatu saat mereka mendengar fitnah organisasi dakwah kita, kira-kira mereka akan langsung percaya atau malah membela kita?
Insya Allah mereka akan berada di garda terdepan melindungi kita. Tak menutup kemungkinan mereka ikut dalam pengajian dan dakwah membersamai kita.
Dan terpenting, keridhoan dan doa orangtua adalah salah satu faktor utama pertolongan Allah untuk kemenangan dakwah.
Dan terpenting, keridhoan dan doa orangtua adalah salah satu faktor utama pertolongan Allah untuk kemenangan dakwah.
Jika ternyata mereka melarang juga bagaimana? Satu hal yang perlu kita yakini. Apapun respon mereka, itu adalah manifestasi rasa sayang mereka ke kita.
Jangan terburu memposisikan mereka sebagai lawan. Sabar, diam lah. Balas omelan dengan senyuman. Balas larangan dengan kesabaran. Intropeksi diri. Adakah sikap kita yang masih harus diperbaiki. Jika ada, lakukan.
Sampai kondisi tenang barulah coba komunikasikan. Sampaikan dengan bahasa cinta. Bahwa kita paham mereka lakukan itu karena sayang kita. Kita pun sayang mereka.
Bahwa kita tak punya apa-apa untuk diberikan pada mereka. Dan pilihan kita untuk hijrah dan mengemban dakwah ini tak mudah. Tapi itulah harapan kita untuk bisa mempersembahkan syurga terindah buat mereka.
Jangan lupa perbanyak doa agar Allah buka hati mereka. Sambil terus saja berkhidmat pada mereka dengan sebaiknya.
Rasanya tak mungkin ada orangtua yang terus menerus marah pada anak yang terus berbuat baik pada mereka.
Di situlah mereka akan melihat, bahwa anaknya bisa jadi sesabat itu karena hasil mengaji. Biasanya kemarahan dan pertentangan itu berlanjut karena kita melakukan perlawanan bahkan kadang secara frontal. Karena merasa benar, lalu berkeras. Padahal melemah bukan berarti salah.
Semua itu memang tidak mudah dan tidak instan bisa kita lakukan. Karena memang buahnya sangat manis. Ujungnya sangat indah. Karenanya perjuangannya pun sudah pasti luar biasa.
Dua kebaikan yang luar biasa. Pertama adalah birul walidain itu sendiri. Kedua adalah menjadikannya sebagai wasilah memperkokoh dakwah. Mahkotanya kewajiban.
Wahai diri, tidakkah ini menggiurkan? Yuk kita berjuang. Sinergiskan bakti pada orangtua dengan amal dakwah kita.
Jangan pertentangkan hingga salah satunya terlalaikan. Karena keduanya adalah kewajiban yang akan Allah pertanyakan.
Posting Komentar