Saat diangkat, suara Mama menangis. Beliau mengabarkan kabar duka. Adik beliau paling bungsu, paman saya, yang hanya lebih tua setahun dari saya meninggal.
"Innalillahi, kenapa jar Ma?" Biasa lah ya, meski sudah tahu bahwa sebab kematian itu tidak ada yang lain lecuali habisnya umur atau sampainya ajal. Tapi suka kepo ingin tahu kondisi terakhir saat ajal menjemput.
"Rabah di pahumaan jar, kadada orang, jadi lamas ai kalo." Ya Allah speechless. Tak panjang cerita lagi saya langsung pulang. Kami langsung bergegas ke Kandangan.
Entah karena pirasat atau apa, beberapa hari sebelum kejadian. Almarhum berpesan ke istri beliau agar kalau meninggal mau dimakamkan di Kandangan. Padahal beliau tinggal di Tamban, Kalteng.
Sebenarnya ada kisah-kisah tak masuk di akal sih dari cerita kematian paman ini. Karena jenazah cukup lama baru ditemukan.
Sudah dicari berkali-kali tapi tidak ada. Tiba-tiba saat dicari ulang, karena ada saudara istri beliau yang masih penasaran. Jenazah beserta peralatan menebas rumputnya ada di tempat yang tadi sudah dicari banyak orang berkali-kali.
Intinya sih semua kuasa Allah. Tidak ada yang tidak mungkin.
Beliau ini anak ke sembilan dari sembilan bersaudara. Dan ternyata belau yang lebih dulu kembali menghadap-Nya. Paling muda dan paling tidak pernah ada kabar beliau sakit.
Itulah kematian. Takh harus menunggu tua. Tak harus diawali dengan sakit. Semua sedang dalam antrian kematian dan dia akan datang tiba-tiba pada siapa saja.
Jika kita sedang antri apapun rasanya tak satu pun orang yang suka dipanggil belakangan. Bahkan masalah antrian ini kerap jadi pemicu perkelahian. Kalau sampai ada yang curang, curi-curi antrian, siap-siap banjir sumpahan.
Tidak dengan antrian kematian. Bisa dipastikan tak seorang pun ingin menyerobot duluan. Bahkan kalau bisa gak usah dapat giliran.
Andai kematian ada pemberitahuuan. Pasti manusia akan melakukan persiapan hingga ia lupa memikirkan makan. Sayangnya kematian tak bertanda.
Karenanya setiap kita harus senantiasa waspada. Jangan pernah menyiakan waktu yang masih jadi milik kita. Penuhi dengan kebaikan jika tak ingin menanggung kerugian.
Semua orang itu rugi, kecuali:
1) Beriman.
2) Beramal sholih.
3) Saling nasehati dalam kebaikan.
4) Saling nasehati dalam kesabaran.
(QS. Al-Asr)
Yes, 4 itu pastikan selalu ada pada kita. Semoga kita termasuk yang diseru Allah sebagai jiwa yang tenang, yang dimasukkannya ke dalam Syurga-Nya kelak. Aamiin Ya Allah.
Umi Diwanti, Kandangan 5/3/2019
Baca juga: Talkin, untuk Siapa? Bisakah Mencontek Jawabannya?
Aamiin
BalasHapusAamiin. Ya Allah makasih sudah mengingatkan
BalasHapusKadang kita lalai dan lupa sama antrian ini