Agar Bijak Menerima Kondisi Anak


"Aku tak berani menatap langit jika membuatku tak menyukuri bumi tempatku berpijak."

Itu adalah prinsip saya. Dalam hal apa? Banyak. Salah satunya masalah anak-anak. Jika dulu prestasi akademik menjadi polemik, membuat orangtua bersaing mencarikan bimbel terbaik demi nilai raport yang menarik. Hingga beredar sebuah cerita seorang anak menjadi pasien RSJ karena obsesi orangtua ingin anaknya serba bisa.

Sekarang mungkin sudah mulai beda. Bidang agama khususnya hafalan Qur'an mulai jadi kebanggaan. Tapi sayang, nampaknya bidang agama pun tak luput dari ajang persaingan. Jika dulu saat saling bertemu para orangtua saling bertanya "anaknya ranking berapa jeng?" Sekarang berubah menjadi "hafalan anaknya sudah sampai mana Umm?"

Gak salah sebenarnya. Apalagi jika dimaksudkan untuk saling menginspirasi dan memotivasi. Tentu baik sekali. Tapi tak jarang inspirasi bisa berubah jadi intimidasi. Orangtua itu manusia, punya gharizah baqo, gengsi. Wajar jika akhirnya terobsesi dan akan melakukan segala cara agar anaknya tak ketinggalan dari lainnya. Padahal tiap manusia punya kemampuan beda-beda.

Nah ini dia masalahnya. Saya berusaha membatasi diri melihat kelebihan anak-anak orang lain. Jika banyak orangtua yang suka post prestasi anak-anaknya. Bisa jadi untuk mengapresiasi anak, menginspirasi orang lain. Atau bisa jadi ia sedang berupaya meredam emosinya dengan mengalihkan fokus pada kebaikan anak. Karena kadang saya pun melakukannya.

Baca juga: Cara Meredam Emosi Bunda, Nomor 4 Paling Manjur

Pada saat kita sebagai pembaca harus bijak menyikapinya. Jangan berburuk sangka tapi juga perlu waspada. Secara pribadi, jika sekiranya membuat saya lupa pada kelebihan anak-anak saya. Jadi cemburu ingin anak saya bisa melebihinya padahal bisa jadi kemampuan mereka tidak sama. Maka saya lebih memilih menutup mata. Jika selalu nongol dan sulit dihindari, kadang saya pilih unfollow daripada saya jadi galau. Heee

Buat apa melihat birunya awan di langit, jika membuat kita lupa bumi punya laut yang tak kalah indah meski tak sebiru langit. Bahkan ia dipenuhi dengan aneka ikan dan mutiara. Bisa kita nikmati dan milki.

Buat apa melihat luasnya angkasa yang mampu layangkan pesawat, jika membuat kita lupa kalau bumi ini punya samudra yang mampu jalankan kapal bahkan dengan muatan tanpa batas.

Buat apa memandang bintang gemintang benderang di langit jika membuat kita lupa, di bumi ada api yang selama ini setia membantubkita menghidangkan makanan sehat dan aman bagi kita.

Jangan sampai kita lihat anak orang lain betapa cepat hafalannya membuat kita lupa anak kita -yang perlu ektra dalam menghafal ini- selalu setia membantu kita menjaga adik-adiknya. Yang selalu sigap mengambilkan barang yang kita perlukan. Yang belum tentu ada pada anak orang lain yang kita cemburui tadi.

Mungkin ingatan anak kita tidak seluas anak lain tapi jangan lupakan hatinya tak bertepi. Selalu memaafkan setiap khilaf dan emosi kita yang sering menyapanya. Mereka selalu bangga dan hormat pada kita yang sebenarnya pun penuh dosa. Hiks.

Jangan paksa mereka jadi orang lain. Syukuri apa yang ada pada diri mereka. Bantu kembangkan potensinya tanpa membebaninya. Niscaya mereka akan jadi permata dunia dan akhirat kita. Bagaimana Bunda, sepakatkah dengan saya? Jika punya tips lain, yuk silakan berbagi di komen.

Salam Bahagia, dari saya ibu dari (sementara) 3 anak.
=Umi Diwanti=

Baca juga: Menanamkan Kesan Pertama Agar Anak Taat Beragama

7 komentar :

  1. Setuju banar. Rumput tetangga selalu lebih hijau.. Anak tetangga dikira lebih unggul hehehe


    Syukuri potensi yang ada pada anak kita masing2 kemudian coba kembangkan

    BalasHapus
  2. Seperti kita, anak2 adalah pribadi yg unik. Tidak bisa yg satu dibandingkan dg yg lain. Bahkan saudara kandung pun berbeda.

    BalasHapus
  3. Aku pribadi hanya berusaha memaksimalkan yang dia bisa, yang dia suka. Kalo hal lain yg cuma jadi obsesi semata, aku menutup mata. Mensyukuri yang ada saja sudah bahagia

    BalasHapus
  4. Setuju banget nih, kadang orang tua terlalu ambisi untuk anaknya bisa ini itu, seharusnya kenali dulu karakter si anak

    BalasHapus
  5. Iya nih. Kadang kalau melihat orang tua lain posting kelebihan anaknya aku langsung minder gitu merasa tidak melakukan yang terbaik buat memaksimalkan potensi anak. Huhu

    BalasHapus
  6. Yang kasihan anak nya ya, kalo dapat perbandingan dari orang tua nya. Apalgi di bandingkan sama orang lain. Kan setiap anak punya potensi yang berbeda hihi

    BalasHapus
  7. meskipun aku belum punya nak tapi ini artikel refleksi banget sih.
    Anak adalah anugrah, mungkin dia tidak jago di A tapi mungkin juga dia jago di B, C dan lainnya


    salam,
    rizkyashya.com

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates