Selusin Masalah Kepenulisan dan Solusinya


Setiap amal pasti ada kemudahan dan kesulitannya. Terlebih amal yang bisa membawa ke Syurga. Tentu jalannya tidak akan lempeng-lempeng saja. Salah satunya menulis dalam rangka menyampaikan kebenaran.

Sudah pasti akan ada-ada saja masalahnya. Berikut selusin masalah dalam kepenulisan yang kerap dialami penulis. Semoga solusi di dalamnya bisa membantu menyudahi masalah tersebut.

Aslinya, di dalam bukunya ada lima belas. Dua diantaranya lebih ke arah penulisan khusus fiksi. Dan satu lagi materinya sudah pernah disampaikan di kelas #NgajiLierasi. (Tulisan ini adalah bahan sharing di grup Ngaji Literasi gagasan Mba Alga Biru). Jadi sisanya selusin ini. Semoga bermanfaat.


Ini dia penampakan buku rujukan
yang saya pakai


Bismillah, kita mulai ya.

   1. (Merasa) Tidak Bisa Menulis

Merasa tidak bisa menulis bagi pemula bisa jadi karena kurang pede. Tapi bagi penulis lama bisa juga datang saat sudah terlalu banyak menulis. Tidak tahu mau menulis apa lagi.

Tipsnya adalah yakinkan diri bahwa kita bisa menulis, perbaharui tekad hingga tergerak untuk menulis.

Jika masih merasa tidak bisa, cari seorang penulis terkenal (idola) yang pernah punya masalah yang sama. Jadikan motivasi. “Mereka yang terkenal itu dulunya juga tidak bisa, sekarang bisa bahkan luar biasa, maka saya pun pasti bisa.”

Baca juga: Tips Menulis Bagi Pemula


Karena “SIAPA PUN BISA MENULIS”, asal tidak buta huruf. Tak peduli umur, latar belakang pendidikan dan lainnya. Dalam Islam kita kenal “man jadda wa jadda”. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti bisa. Dan ada istilah “Allah berada dekat dengan prasangka hambanya.” Jika kita berpikir bisa, insya Allah pasti bisa. 

2.     Tidak Ada Ide

Penyakit ini ternyata tak hanya melanda penulis pemula. Konon menurut Ary Kinoysan penulis beken pun kerap mengalami.

Sebenarnya sih bukan tidak ada ide. Tapi kadang ide brilian yang bermunculan dibiarkan begitu saja hingga layu.

Atau peristiwa yang terjadi dianggap sudah bahkan terlalu biasa hingga tidak kita anggap sebagai ide.

Padahal gudeg yang biasa di Jogja bisa jadi luar biasa lo bagi orag Belanda.

Maka harus kita ingat, yang biasa di kita bisa jadi luar biasa bagi orang lain. Nah, jangan pernah menyiakan ide lagi.

Ambil alat tulis, tuliskan apa saja yang terjadi di sekeliling kita. Jangan pilih-pilih. Catat semua lalu sortir. Misal ada 50 peristiwa, pilih 10, setelah itu pilih 2, terakhir pilih satu yang paling unik. Langsung eksekusi.

Kalau masih mampet juga, maka biarkan pikiran kita kosong sejenak. Lakukan apa saja yang di luar kepenulisan. Misalnya nonton, ketemu teman lama, berkebun, memasak, beberes rumah atau apa saja.

Nanti ide akan datang, dan jangan lupa segera catat. Kalau tidak, ide brilian bisa kabur lagi. Yah namanya manusia, apalagi emak-emak pikirannya banyak, cepat lupa. Hee

    3. Macet di Tengah Jalan

Biasanya macet di tengah jalan ini karena otak kita sudah penat. Capek, tidak bisa berpikir jernih lagi. Dengan rileks dan menjauhkan diri dari tulisan sesaat, otak akan segar kembali dan bisa lanjut menulis.

Bisa ditinggal jalan-jalan atau makan makanan kesukaan biasanya manjur. Atau jalan-jalan di dunia maya saja, buka WA grup yang seru, berselancar di IG atau FB. Setelah otak segar, segera kembali, lanjutkan perjuangan! Jangan sampai kebablasan. 😅

    4. Malas

Biasanya muncul saat tulisan sering ditolak. Atau bagi penulis professional kadang rasa malas muncul saat merasa tidak punya ide yang luar biasa untuk ditulis.

Cara mengatasinya adalah dengan menemukan motivasi yang jelas dan kuat. Yes, find your strong why. Kenapa sih harus nulis dan nulis lagi?

Baca Juga: Tips Jadi Guru Sukses

Kalau sekedar untuk pembuktian diri bahwa kita mampu, maka saat sekali dua kali tulisan tayang semangat akan memudar seiring kesibukann dan banyaknya alasan. Pun jika karena materi mungkin motivasi itu akan layu sebelum berkembang.

Kalau saya pribadi mencoba menancapkan di benak bahwa menulis ini adalah ladang amal yang bisa dipanen hingga kita telah tiada nanti. Amal kita akan berakhir saat nafas terakhir. Tapi tulisan kebaikan bisa menjadi bagian dari ilmu jariyah yang tidak terputus hingga kita telah tiada.

Tentu saja ini berlaku jika tulisan itu kita publikasi. Maka sejauh mana ia terus berkelana ada hak royalti pahala bagi penulisnya. So, yang punya tulisan jangan disimpan buat sendiri aja ya. Bukankah kita menulis agar jadi amal jariyah?

Kalau tidak ada media yang mempublikasi? Publikasikan sendiri saja di akun pribadi, FB, IG, Blog dan apa saja. Banyak cara.


   5. Tidak Disiplin

Ini dia yang di saya pribadi juga masih berjuang menaklukannya. Intinya penulis itu harus punya jadwal nulis. Dan supaya menepati kita juga harus menyertakan sanksi saat kita melanggar. Apapun alasannya.

Sanksinya bisa berupa rapelan waktu menulis plus melarang diri melakukan kesenangan. Misal jika tidak nulis dihukum tidak boleh buka sosmed. Bisa juga dengan sedekah, puasa sunah atau apa saja. Masing-masing kita lah yang paling tahu sanksi apa kiranya yang bisa membuat diri kita memperhitungkannya.

Ada juga orang yang akan disiplin kalau diingatkan sama orang lain. Maka buatlah jadwal tertulis dan mintalah tolong seseorang untuk selalu mengingatkan jadwal menulis kita.

Bisa juga dengan memakai alarm yang tidak berhenti-berhenti jika kita belum melakukannya. Silakan pilih mana yang paling efektif buat kita.

Dan jangan lupa beri pula penghargaan pada diri kita sendiri jika mampu menjalankan jadwal tersebut. Misal jika sebulan jadwal terpenuhi ada jatah tambahan makan makanan kesukaan, jalan-jalan ke tempat yang diinginkan atau selainnya.

    6. Tidak Ada Waktu

Setiap orang diberi jatah waktu yang sama oleh Allah Swt. 24 jam. Jika yang lain bisa, mestinya kita bisa. Luangkanlah waktu khusus setidaknya satu jam sehari.

Jika tak bisa, cukup 30 menit atau berdasar banyaknya. Satu lembar sehari atau setengah lembar. Besok sambung lagi. Atau minimal satu minggu satu tulisan.

Bagaimana jika kegiatan kita teramat banyak? Buat list kegiatan kita dan pilih diantaranya yang paling bisa untuk ditinggalkan. Sebagai pengemban dakwah sudah semestinya kita menimbang pemanfaatan waktu dengan skala prioritas amal. Jangan sampai keliru.

Kalau masih tidak bisa juga, maka perlu kita cek lagi niatan kita untuk jadi penulis. Karena menulis selain perlu waktu (khususnya tulisan opini) juga perlu yang lainnya. Seperti bersungguh-sungguh memahami fakta, mengkaji hukum terkait, dll. Jika waktu saja kita tidak bisa meluangkan bagaimana yang lainnya? 


   7. Cerita (Tulisan) Ngelantur

Aslinya poin ini juga membahas tentang cerita fiksi. Tapi menurut pengalaman pribadi tulisan opini pun bisa ngelantur. Biasanya disebabkan saat menulis terlalu banyak yang ingin kita sampaikan. Akhirnya tulisan kemana-mana.

Jika pun kita bisa meramu semua. Apakah pembaca bisa ambil semua. Dari pada semua jadi samar kan lebih baik satu yang diangkat tapi tajam. Membekas di benak pembaca. Menurut saya baik fiksi maupun opini kurang lebih saja.

Maka sebelum menulis tentukan dulu kita mau fokus angkat bagian mananya. Buat alur tulisan terlebih dahulu. Baik hanya di simpan di ingatan atau sebaiknya ditulis, walau cuma oret-oret dulu. Baru kita buat tulisan dan cari fakta atau berita yang mendukung arah opini kita.

Mencuplik quotenya Mba Fika komara, menjadi opinion maker itu jangan malu untuk menjadi subjektif. Fokus dengan opini yang sudah kita tetapkan akan membuat tulisan kita lurus sesuai tujuan awal. Insya Allah menulis jadi lebih efektif dan efisien.

   8. Materi/ Bahan Menulis Kurang


Saat akan menulis yang belum begitu kita ketahui atau hal baru kemungkinan kita akan kekurangan bahan. Zaman now masalah ini mudah diatasi.

Cari buku atau sumber tulisan lain. Kunjungi perpustakaan, googling, bertanya pada yang menguasai, atau berdiskusi dengan sesama penulis atau orang yang paham.

Lakukan apapun, yang penting bahan ini jangan sampai kurang. Meski mungkin untuk satu tulisan kita bisa memakan waktu lebih lama.

Tapi ingatlah bahwa Allah menilai proses bukan hasil. Bahkan ini bisa membuat kita semakin bertambah wawasan. Saya pribadi merasa, dengan menulis ini saya bisa jadi tahu lebih banyak.

Hanya saja untuk para pemula sebaiknya menulis apa yang sudah dikuasai saja. Sampai sudah terbiasa. Selanjutnya untuk mengembangkan diri bisa dicari tema-tema baru yang menantang. Dan tentu saya yang penting baik untuk pembaca maupun kita sebagai penulis.

   9.  Tidak Semangat

Adalah hal yang manusiawi. Bisa menimpa penulis baru atau lama.  Biasanya sering terjadi saat tulisan kita banyak ditolak media. Merasa tulisan jadi tidak berguna.

Di era sekarang sebenarnya solusinya mudah. Tayangkan sendiri di akun sosmed pribadi. Bisa buat blog khusus tulisan opini misalnya. Selain tulisan kita tetap bisa menemukan jodohnya (pembaca), juga otomatis tulisan jadi terarsip rapi.

Suatu hari bisa kita coba kirim kembali dengan penyesuain berita terkini. Jadi, jangan pernah merasa tulisan yang tidak tayang media itu tidak berguna lalu dibuang begitu saja.

Dalam buku yang jadi referensi ini bahkan penulisnya menceritakan kisah luar biasanya. Dia pernah membuang semua cerpen yang dia buat karena ditolak media. Menurut pengakuannya setelah jadi penulis sukses dia menyesal. Di usianya yang ada sulit untuk membuat cerpen serupa saat dia muda dulu.

Sebuah kejutan, puluhan tahun kemudian sang ibu memberikan kado amplop lusuh berisi kertas cerpen yang dulu dibuangnya ke tong sampah. Dan dari situ lahir 4 buah buku bestseller. Luar biasa kan?

Jadi teruslah semangat dalam menulis. Mungkin tulisan kita tidak dilirik hari ini, tapi suatu saat nanti bisa jadi akan jadi viral. Yang pasti sih setiap usaha kita menuangkan kebaikan termasuk lewat tulisan akan selalu viral di pandangan Allah Swt. Iya kan?

10. Tidak Tahu Harus Memulai Menulis dengan Apa

Ini masalah gampang-gampang susah. Semua sudah tersedia (waktu, bahan, semangat, ide) tapi bingung nulis apa. Langkah paling jitu adalah bismillahi paksakan.

Yes paksa, tulisa apa saja yang terpikirkan, jangan mikir yang lain-lain lain. Bagus tidak, logis tidak, akan diterima media atau tidak. Lupakan semua, tulis lepas saja. Setelahnya simpan tulisan. Tinggalkan.

Beberapa waktu kemudian barulah kunjungi lagi. Baca dan resapi, edit bagian yang perlu. Saya pernah merasakan ini dan saya paksa. Waktu itu saya merasa ini tulisan benar-benar aneh. Mekso.

Tapi setelah beberapa lama saya baca lagi cukup bagus bahkan ide yang mungkin tak keluar lagi setelahnya. Tinggal edit-edit saja jika masih ada yang janggal. Atau tambahan bagian fakta, dan bikin opening dan endingnya lebih greget.

Baca juga: Agar Istikamah Menulis

   11. Belum Kelar, Mau Deadline

Biasanya kalau DL ini dari luar. Semisal dari penerbit atau permintaan media kita lebih mudah memaksakan diri. Taruhannya adalah kepercayaan orang lain. Gawat jika sampai tidak terpenuhi.

Tapi jika DL itu buatan kita sendiri maka ini kembali ke poin 5. Sebelumnya dipastikan apakah DL yang kita buat sudah tepat. Jangan-jangan target yang kita buat memang tidak realistis. Revisi.

JIka sudah realistis maka latih diri kita untuk menepati janji meski pada diri sendiri. Ingat lagi sanksi yang sudah kita tetepkan untuk poin 5.

Bagi waktu di rentang DL yang kita buat secara proporsional. Buat jadwal penggarapan dan tempel di tempat yang mudah terlihat. Tambahkan dengan membuat alarm harian untuk mengingatkan jadwalnyang sudah ada.

Jurus terakhir adalah lembur. Menurut pengalaman saya lembur itu ada dua pilihan. Saya merasakan lebih nyaman menjadi pejuang dini hari ketimbang menjadi pejuang cinderela. Lebih baik kita tidur cepat lalu bangun tengah malam dari pada ngelembur sampai tengan malam. Otak lebih segar dan suasana lebih tenang.

   12. Tulisan Nggak Kelar-Kelar

Ini bukan hanya penulis baru yang mengalami. Penulis lama pastinya naskah tidak kelarnya lebih banyak lagi.

Biasanya sih penyebabnya adalah penulis tidak fokus pada satu tulisan. Mau nulis ini tapi baca berita baru mau nulis lagi yang baru. Solusinya bisa balik ke poin 7.

Fokuslah dalam menulis dan jika terjadi juga, maka jangan abaikan tulisan. Bisa tempuh jurus poin 9. Simpan dan tengok lagi nanti.

Yang penting menulislah terus tanpa henti sampai nafas kitalah yang lebih dulu berhenti. Berharap semua rangkaian kata kita mampu hantarkan kita ke Syurga-Nya.

Yang punya pengalaman kesulitan dan solusi lain dalam kepenulisan, yuk berbagi di komen ya. Insya Allah bermanfaat. 


Wati Umi Diwanti
Martapura, 20/2/2019


2 komentar :

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates