Hal Penting Agar Anak Terbiasa Beramal Solih



Setiap pasangan pasti mendamba buah hati dalam jalinan ikatan suci. Untuk apa? Tentu saja bukan hanya untuk melengkapi kebahagiaan dunia tapi berharap menambah kebaikan kehidupan setelah dunia.

Sebab amal yang tak akan pernah terputus itu salah satunya memang dari seorang anak. Catatannya tentu saja anak tersebut adalah anak solih. Yang senantiasa beramal baik.

Nah ini dia perkaranya, bagaimana agar terbentuk habit beramal baik pada seorang anak jika bukan dari teladan orangtua. Pendidikan, lingkungan dan nasehat lisan tentu saja juga sangat penting. Tapi apa yang mereka indra dengan mata dan mereka rasakan tentu lebih mengena. Dan disitulah tingkah laku kita sebagai orang tua menjadi sangat utama.

Jika ingin anak rajin ibadah, menjalin silaturahim dan silah ukhuwah, gemar menuntut ilmu serta senantiasa semangat dalam ber-amar ma'ruf nahi mungkar maka orangtua pun harus senantiasa memperlihatkan keistiqomahan dalam semua hal tersebut. Istiqomah itu artinya terus menerus melakukan dalam kondisi apapun, terkecuali uzur syari'i.

Sayangnya sebagian orangtua khususnya para ibu justru kerap terkendala melakukan semua amal solih tersebut saat telah dikaruniai anak. Terutama saat anak-anak usia bayi hingga balita. Padahal di masa itulah alat perekam pada anak bekerja maksimal, yang oleh para pakar disebut dengan fase golden age.

Tapi tidak dipungkiri, menjalankan segala amal solih saat anak masih balita dan aktif-aktifnya itu tidak mudah. Tak jarang orangtua berharap anaknya bisa diam seperti robot, yang bergerak jika ditekan tombol "On" nya saja. Padahal #AktifItuSehat. Atau memilih berhenti dari segala amal solih yang sebelumnya dilakukan saat masih sendiri dengan alasan masih "punya anak kecil".



Selalu Setia Menemani Setiap Agenda Uminya

Padahal, semua itu adalah teladan ril yang harus kita berikan pada anak agar mereka terbiasa melalukan amal solih. Tantangannya adalah bagaimana kita mengkondisikan anak saat melakukan amal-amal tersebut. Misalnya saat menghadiri kajian rutin, mengisi/mengajar berbagai ilmu (agama) yang diperlukan umat atau sedang bersilaturahim dan silah ukhuwah.

Bagaimana agar anak tidak rewel, mengajak pulang, uring-uringan, menangis atau bahkan rebutan mainan dengan anak-anaknya yang lain atau bahkan dengan saudaranya sendiri. Berikut beberapa hal yang bisa bunda lakukan.

Pertama, biasakan sejak bayi. Anak yang sejak bayi dibawa ke majelis ilmu, ke mesjid, atau diajak berdakwah, niscaya akan terbiasa dan cenderung lebih tenang saat balitanya. Beda dengan anak yang sejak bayinya hanya di rumah, tiba-tiba diajak mendengarkan ceramah. Biasanya akan lebih gelisah.

Kedua, ajak anak ngobrol tentang kepentingan kita mengajak mereka dalam aktivitas atau amal-amal tersebut. Jangan ada anggapan "ah mereka kan belum ngerti". Siapa bilang? Meski mungkin mereka belum bisa berbicara, tapi mereka akan merekam semua itu. Dan pastikan alasan-alasan yang kita sampaikan itu adalah alasan yang kuat. Apalagi kalau bukan alasan hakiki amal setiap manusia, yaitu mencari ridho Allah. "Agar kelak kita bisa terus bersama di Syurga ya Nak." Itulah kalimat yang sering saya ucapkan ke anak-anak sejak mereka bayi bahkan sejak dalam perut.

Ketiga, ajarkan anak konsep kepemilikan. Hal ini penting agar anak tidak selalu merasa apa yang dia lihat bisa dia miliki atau kuasai. Ajarkan untuk meminta izin pada teman setiap akan meminjam mainan temannya. Demikian sebaliknya, agar anak lain yang ingin meminjam mainan anak kita pun kita sampaikan hal yang sama, khususnya yang sudah bisa bicara.

Saya pribadi kurang suka dengan adanya sikap orangtua yang cenderung menjadi tameng anak. Setiap anaknya mau sesuatu, sang ibu yang aktif berbicara dengan anak lain padahal anaknya sudah bisa komunikasi. Hingga kadang sang anak bisa mendapatkan apapun dan anak lain kehilangan hak kepemilikannya. Sebaiknya ajari anak berkomunikasi sendiri, bukan kita yang selalu mewakili. Biarkan konsep kepemilikan mereka berjalan alami.

Kita ajari anak untuk bersabar jika temannya memutuskan untuk tidak meminjaminya mainan atau memberinya makanan yang dia minta. Di sisi lain kita juga harus menyampaikan pada anak kita tentang pahala dan kebaikan yang diberikan Allah pada anak yang suka berbagi.

Tentu saja perkara ini tidak bisa terbentuk dalam sekali nasehat. Harus berkali-kali dan setiap saat kita akan mengajaknya, nasehat ini harus kembali terus diulang. Para ibu jangan merasa ini menyusahkan, karena hakikatnya ini juga bagian dari amar ma'ruf nahi mungkar yang pasti juga akan sangat bernilai di sisi Allah.

Apalagi jika konsep ini sukses kita tanamkan pada anak, maka salah satu kriteria anak solih telah ada di anak kita. Bukankah ini yang sedang kita upayakan?

Kelima, dan ini penting. Penuhi kebutuhan dasar anak. Haus, lapar, ngantuk dan capai adalah pemicu anak sulit dikendalikan. Agar mereka fit, jangan lupa siapkan fisik mereka sejak di rumah. Kondisikan agar istirahatnya di rumah cukup dan jangan lupa siapkan bekal yang cukup. Makna cukup di sini tentu saja termasuk kecukupan gizi dan nutrisinya. Pilihkan makanan dan minuman yang halal dan toyib (baik).

Setiap saya beraktivitas dan mengajak serta anak-anak, bekal jangan sampai tertinggal. Sebab lapar bisa membuat mereka melakukan hal-hal yang tidak kita inginkan. Biasanya saya selalu menyiapkan bekal dari rumah. Pilih bekal yang mengenyangkan dan aman.

Saat bayi saya mengutamakan ASI. Selepas ASI tentu saja saya harus mencari susu sambungnya. Dari berbagai pilihan tentu yang paling praktia jadi pertimbangan utama bagi saya. Karena akan sangat repot jika saya harus membuatkan mengaduk-aduk susu buat si kecil jika dia kehausan di tengah saya sedang mengajar/mengisi pengajian. UHT lah pilihannya.

Selain praktis banyak keistimewaan lainnya. Sesuai namanya UHT kepanjangan dari Ultra High Temperature, yakni diolah dari susu segar dengan memberikan suhu 135 sampai 150° C selama 2-3 detik lalu segera didinginkan sampai 4-5°C (wikipedia). Cukup untuk membunuh seluruh mikroorganisme dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan namun tidak sampai merusak nilai gizi susu.

Susu UHT sendiri banyak pilihannya. Saat ada informasi Indomilk mengeluarkan varian baru #IndomilkUHTKidsFullCream isi 115ml saya termasuk yang cukup antusias mencari. Kenapa? Karena merupakan susu tanpa garam dan gula yang pastinya sangat baik buat kesehatan anak-anak. Senang rasanya dapat susu sambung selepas ASI yang bergizi, disukai anak, praktis dan ekonomis. Saya beli di salah satu mini market di kota saya, 5 ribu perak dapat dua kotak. Cukup terjangkau untuk semua kalangan.

Semoga kemudahan-kemudahan tehnis semacam ini bisa membuat para bunda lebih semangat mengajak anak beramal solih bersama. Mewarnai waktu demi waktu yang mereka lalui dengan aktivitas-aktivitas positif. Niscaya begitulah kelak mereka akan mengisi hari-harinya. Insya Allah mereka akan menjadi investasi dunia akhirat yang sangat berharga bagi kita.

Bagaimana kalau semua ikhtiar sudah kita upayakan, tapi si kecil masih belum bersahabat saat kita ajak beraktivitas. Jurus pamungkas yang wajib dimiliki para ibu adalah SABAR. Ingat-ingatlah terus pahala yang besar jika kita mampu bersabar. Juga satu hal, bahwa masa ini tak akan lama. Ada masanya mereka tak lagi selalu bersama kita. Dan kita berharap, saat itu mereka telah disibukkan dengan berbagai amal kebaikan pula. Sebagaimana apa yang diindranya semasa bersama kita.

Demikianlah, semoga kita dimampukan Allah meniti jalan ke Syurga bersama ananda. Semoga juga tulisan ini ada manfaatnya, feel free to share. Jika para bunda juga punya pengalaman atau tips menarik bersama sang balita, jangan ragu untuk menuliskannya. Bisa jadi pengalaman dan info kecil dari kita adalah sesuatu yang besar bagi orang lain.

Bisa juga jadi jalan rezeki bunda dan ananda lho. Kok bisa? Bisa dong! Caranya? Ikutkan tulisan bunda dalam blog competition bersama Indomilk. Hadiahnya sangat menarik. Info lengkap silakan simak di sini ya. Gampang dan siapapun berpeluang untuk menang. Yuk! 

=Umi Diwanti=



20 komentar :

  1. Serunya punya anak2 kecil itu ya pergi bawa banyak buntut hihi. Tapi dari sana anak banyak belajar tentang aktivitas ortunya , belajar bersikap di depan orang lain, dan anak merekam semuanya ya umm. Salam kenal dari Semarang 😊😊😊

    BalasHapus
  2. Aku suka tuh yg konsep kepemilikan itu. Itu harus banget tuh, biar dia tahu bahwa semua yg dia miliki itu bukan miliknya sendiri tp ada sebagian milik org lain. Suka ini. :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Rima. Memang penting masalah kepemilikan ini.

      Hapus
  3. Mengajari anak-anak bersabar. Poin penting banget karena anak-anak akan ketemu banyak orang dengan karakter yang berbeda. Kalau nggak sabar bisa ramai ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar Mba, dan sabar ini juga modal utama bagi kita sebagai emak.

      Hapus
  4. Mengajari anak-anak bersabar. Poin penting banget karena anak-anak akan ketemu banyak orang dengan karakter yang berbeda. Kalau nggak sabar bisa ramai ceritanya.

    BalasHapus
  5. Mengajari anak bersabar jadi poin penting karena nantinya anak akan bertemu dengan banyak orang yang karakternya berbeda. Kalau nggak sabar bisa ramai.

    BalasHapus
  6. Mengajari anak bersabar jadi poin penting karena nantinya anak akan bertemu dengan banyak orang yang karakternya berbeda. Kalau nggak sabar bisa ramai.

    BalasHapus
  7. aku setuju bgt dengan membawa mereka ke majelis ilmu.agar mereka terbiasa dari kecil dan gak rewel kalau dah agak besaran hehehe.meskipun blm byk bisa mencontohkan yang wati tuliskan.huhu.makasih ya tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mudahan kita diberi Allah kemudahan untuk bisa jadi emak terbaik buat anak-anak kita. Makasih Ka.

      Hapus
  8. Anak sholeh bermula dari Umi yang pintar yang tahu benar kebutuhan anaknya baik spiritual maupun gizinya.. Keren

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, semoga kita bisa menjadi bagian dari Umi yang baik dan pintar. Aamiin.

      Hapus
  9. Tapi sayangnya untuk ke majelis ini kalau bawa anak kecil rewel dikit langsung di lirik ibu-ibu nya mba.huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pang sebagian majelis blm terbiasa. Paling jurusnya kita duduk plg belakang. Klo sdh ada nada2 mewek kita langsung ke luar dulu. Heee

      Hapus
  10. Wahhhhh terima kasih mbak. Bisa buat bekal kalau punya anak nanti *eaaa

    Memang ya anak kecil itu bagusnya diajari sejak kecil soalnya memang sih namanya kebiasaan ya harus dibentuk. Keren...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inggih sama-sama ding. Jar pepatah bisa itu karna biasa. Jadi memang hrs dibiasakan.

      Hapus
  11. Ummiiii~ jazakillahu khoyron sharing ilmu nya mi.. kehidupan yg loly impikan mengajak anak bersama2 melakukan berbagai amal sholih karena betul kata umi kita ga bs bilang mrk belum ngerti tp insyaAllah kita telah memberikan terbaik dg membawanya turut serta dan pelan2 mendidik mrk sesuai kemampuan anak memahami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Mudahan impian pian segera diijabah Allah di 2019 ini :)

      Hapus
  12. MasyaaAllah anak shalih selalu ikut Umma ya... :*

    si Kakak alhamdulillah sejak bayi selalu diajak ke manapun, nah sekarang malah sering ngilang kalau diajak , saya jadi khawatir jadinya. bawa maian dari rumah pun dia cepat bosan trus nyari kegiatan sendiri, tapi ya itu, bikin khawatir karena kadang tahu-tahu udah pergi sampai mana... :(

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates