Imuan Muslim: Al Battani, Matematikawan Sekaligus Astronomi



Apa yang terpikir jika mendengar rumus Sin Cos Tan alias secant, cosecant dan tangen? Saking rumitnya, pelajaran ini tidak diajarkan di sekolah dasar. Yang sekolah menengah aja perlu perjuangan untuk belajar trigonometri ini. Ternyata penemunya adalah ilmuan muslim lho.

Dialah Al Battani. Konon dikatakan kalau beliau ini sebenarnya bukan pakar matematika tapi banyak berkarya di bidang astronomi. Tapi di zaman dulu, ilmu matematika adalah dasr dari ilmu lainnya. Sebelum belajar ilmu lain, seseorang harus belajar matematika dulu. Jadi semua ilmuan bidang apapun sudah dipastikan pandai matematika.

Hmm, ternyata ilmu matematika ini memang penting banget ya. Yuk ah yang semangat belajarnya.

Seperti halnya Al Battani yang merupakan pakar astronomi pun sangat giat belajar matematika. Akhirnya beliau pun menemukan berbagai karya yang bermanfaat besar bagi manusia dalam dua ilmu sekaligus. Hingga mendapat dua gelar sekaligus, maatematikawan dan astronom.



Dalam bidang astronomi beliau lah yang menemukan jumlah hari dalam setahun berjumlah 365 hari. Siapa sangka perhitungan kalender yang kita gunakan hingga saat ini pun hasil dari ilmuan muslim.

Al Battani menghitung perputaran bumi terhadap matahari dengan teliti, yakni 365 hari, 5 jam, 45 menit, 24 detik. Penemuan yang sangat rinci. Padahal peralatan astronomi saat itu belum secanggih sekarang. Jempol 4 deh buat ilmuan satu ini.


Al Battani pula yang menemukan bahwa orbit benda langit itu bukanlah lingkaran tapi elips. Yang kemudian dikembangkan oleh ilmuan Eropa. Beliau pula yang mengkritisi penemuan Ptolemeus terkait gerakan orbit bulan dan planet.

Al Battani pun menemukan bahwasanya perubahan posisi matahari membawa dampak pada perubahan musim di bumi. Semua buku karyanya dijadikan rujukan ilmuan muslim juga Barat. Diterjemahkan dalam bahasa Latin dan Spanyol kemudian disimpan di perpustakaan-perpustakaan Eropa.



Ilmuan muslim yang bernama asli Muhammad bin Jabir Al Battani lahir di Battan, Harran, negeri Syam tahun 243-317H (858-929M). Di Barat ia dikenal sebagai Albategnius. Dan untuk mengenang jasanya, Albategnius dijadikan nama sebuah kawah di bulan. Super sekali ya. Sampai Barat pun sedemikian besar menghargai jasanya.

Benarlah kiranya kata pepatah, “Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama.” Pertanyaannya, jika kita yang kelak mati, kira-kira nama kita akan tercatat sebagai apa? Patut kiranya kita renungi dan siapkan sedari kini.



-Wati Umi Diwanti-
Sumber: Buku 36 Kisah Inspiratif Ilmuan Muslim by. Afriza Han, Percetakan Cerdas Interaktif.

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates