Tak kenal, Maka Menakutkan


Seperti biasa malam setelah anak-anak terlelap. Mulailah saya memungut satu per satu ide yang sejak pagi saya undang dalam pikir. Perlu waktu untuk mengumpulkan mereka dalam barisan rapi nan mudah dimengerti.

Haah, lagi-lagi ngantuk lebih dulu menyergap. Mata sepet, otak pun mulai ngawur. Tak lagi mampu bersiasat menangkap bayang-bayang ide. Baiklah, saya menyerah. Pasang alaram, sebelum pukul 00.00 harus bangun dan menyelesaikan sebuah tulisan.

Enak-enaknya tidur tidur, tiba-tiba "sakiit, Umii sakiit." Keluh si bungsu sambil menangis. Saya pun terbangun. Menenangkan si kecil. Mencari tau sumber sakit. Ternyata kakinya yang sakit. Mungkin kecapean, banyak main siang tadi.

Der der. Daun telingaku langsung meninggi, ingin memperjelas apakah suara pintu yg tertiup angin atau ad yang mengetuk.

Cek jam, astagfirullah sudah jm.1.30. "Bu.." Suara lirih diluar sembari mengetuk tiga kali. Tambah merinding aja. Saya bangunkan suami minta tolong cek siapa di depan. Eng ing eng. Kata suami tak ada orang terlihat dari balik jendela.

Oke baiklah, mungkin saya salah dengar. "Assalamualaikum bu." Suaranya bukan tambah kenceng malah tambah kecil. Kembali mengetuk. Kami diamkan sambil menunggu adakah ketukan berikutnya.

Sambil bertanya-tanya dalam hati siapa kiranya wanita di luar sana. Karena jikalah ia mengenal saya pasti memanggil saya dengan sebutan 'Umi'. Karena oleh tetangga sekitar dan oleh pserta tahsin saya biasa dipanggil 'Umi'.

"Tak mungkin itu suara Ibu Z", dalam batin saya. Karena satu-satunya yang kemungkinan ke rumah saya dadakan adalah beliau. Kebetulan sejak beberapa hari lalu bliau ada curhat sedang ada masalah dengan suaminya.

Antara kasian dan khawatir. Saya dan suami kembali ke ruang depan untuk mengintip dari balik jendela. Suami dari arah kiri saya dari arah kanan.

Rambut. Hanya rambut yang terlihat dari lubang angin jendela depan yang memanjang setinggi jendela. Tidak berhijab. Dan bau wangi. Hii, asli serem. 😩

"Gimana Bi? Keliatan gak?" Aku tanya suami siapa tahu dari arah jendela satu lagi lebih jelas. "Kliatan cuma tangannya pake baju lengan pendek", timpal beliau.

Saya semakin yakin itu bukan ibu Z. Dan tak ada lagi orang yang memungkinkan ke rumah malam-malam selain bliau. Tapi saya tetap berusaha memastikan dengan mengirim pesan WA ke ibu Z. Tidak ada balasan. Biasanya beliau selalu memberi kabar jika ingin ke rumah.

Setiap kami menimbulkan bunyi, suara pintu kamar misalnya. Justru suara di luar semakin senyap. Akhirnya kami putuskan kembali ke kamar dan tidak membuka pintu. Kami tunggu beberapa saat. Masih mengetuk beberapa kali tanpa suara.

Si bungsu menangis lagi. Jika dia memang perlu kami, harusnya mempertegas panggilan saat dari dalam rumah ada suara. Panggil nama atau apalah yang bisa membuat kami percaya. Tapi ini tidak. Kami pun semakin yakin untuk tidak membuka pintu.

Tapi saya tetap gelisah. Takut. Saat beberapa kali terpejam, malah mimpi yang serem-serem. Antara mimpi dan tidak saya merasa berusaha melawan dengan membaca ayat kursi. Namun mulut ini berat sekali melafazkannya.

Berkali-kali terbangun dengan keseraman yang sama. Hingga kantuk pun kembali mendera dan akhirnya tidur pulas lagi. Wal hasil subuh tiba dan saya lupa deadline tulisan saya. Hiks.

Masih merinding dan dalam tanda tanya. Siapakah gerangan wanita misterius malam tadi. Antara merasa salah karena tak membuka pintu dan merasa benar karena memang tidak kenal. Bisa saja orang itu berniat jahat.

Rupanya takut pada hal yang belum diketahui itu adalah kewajaran. 'Tak kenal' tak hanya berimbas pada 'tak sayang'. Tapi bisa membuat jadi ketakutan. 

Pikiran saya pun melayang pada kondisi yang terjadi saat ini. Betapa Islamphobia semakin meraja. Banyak yang ketakutan pada sebagian ajaran Islam. Bahkan diantaranya adalah umatnya sendiri.

Banyak yang takut Islam dijadikan aturan kehidupan. Saya pikir ini tidak lain karena belum mengenal Islam lebih dalam. Atau hanya kenal sebagiannya. Hanya familiar aturan Islam terkait aqidah, ibadah, akhlak dan sebagian muamalah.

Potong tangan? Hii ngeri! Wajar, sebab belum tahu kalau Islam punya sistem ekonomi yang mampu membuat setiap orang tak punya alasan untuk mencuri. Ada sistem ekonomi Islam yang mampu menjamin terpenuhinya kebutuhan setiap individu.

Razam?Apalagi, ini sangat menyeramkan. Tak berprikemamusiaan. Wajar juga sih. Sebab masih banyak yang belum tahu Islam punya sistem pergaulan yang akan menjaga mereka dari hal-hal yang mendekati zina. Yang mampu menutup semua pintu perzinahan. Bahwa penguasa dalam Islam akan menjamin kemudahan umatnya melakukan segala kebaikan. Termasuk pernikahan.

Bisa jadi juga ada yang merasa takut sistem riba dihapuskan. Tak lain karena belum kenal ada baitul maal yang siap membantu keperluan manusia tanpa bunga. Adakalanya  bahkan seringkali diberikan cuma-cuma.

Mungkin kita pernah dengar kisah Umar yang memanggul gandum. Menghantarkannya langsung ke rumah seorang janda yang tak punya apa-apa untuk dimakan. Tapi itu dulu, sekarang?

Sebenarnya sampai kapanpun Islam mampu  melakukannya. Hnaya saja masih banyak yang belum tergambar bagaimana caranya. Sesuatu yang wajar di era sekarang, saat Islam jarang ditampilkan sebagai problem solver kehidupan.

Bahkan bisa jadi masih ada yang takut kalau Islam diterapkan, semua orang bakal dipaksa masuk Islam. Tau dipaksa beribadah seperti orang Islam. Atau mereka dilarang beribadah sesuai agamanya. Ini asli hoax!

لَا إكْرَاه فِي الدِّين قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْد مِنْ الْغَيّ
Tidak ada paksaan dalam memeluk agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan” (QS. Al Baqarah: 256)


Bahwa non muslim akan dinomor duakan bahkan dianak tirikan. Ini juga kebohongan atau mungkin khayalan. Yang jelas tidak pernah ada faktanya dan tak akan pernah.

Sekali lagi, ini hal wajar disebabkan ketidaktahuan. Bahwa pernah ada sebuah masa yang teramat panjang. Sejak hijrahnya Rasul hingga belasan abad setelahnya Islam mampu memberikan keadilan dan kesejahteraan seluruh umat manusia.

"Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka." (Will Durant – The Story of Civilization).

Yang lagi tren sekarang adalah ketakutan Islam akan membuat negeri yang bhineka ini berantakan. Astagfirullah. Islam itu memgharamkan perpecahan. Bagaimana bisa dia menyebabkan perpecahan?

Sungguh ini hanyalah karena kekurangan atau mungkin kekeliruan informasi yang didapati. Dan sejak zaman nabi hembusan fitnah pada Islam ini memang tidak pernah berhenti.

Padahal faktanya sejarah pernah mencatat bahwa Islam sukses menyatukan dua pertiga dunia dalam persatuan yang membanggakan. Bahkan disertai tingkat keamanan dan kesejahteraan yang mengagumkan.

"Agama Islam telah menyatukan mereka (bebagai bangsa, agama: Pen) dan melunakkan hati¬nya walaupun ada perbedaan pendapat maupun latar belakang politik di antara mereka." (Will Durant – The Story of Civilization).

Seperti halnya kami takut membuka pintu pada tamu tengah malam kami. Begitulah kiranya umat takut membuka pintu hatinya menerima Islam sebagai aturan kehidupan. Tak lain karena belum kenal secara keseluruhan. Ibarat wanita cantik, tapi yang dapat dilihat hanya kepalanya saja, tentu sangat menyeramkan.

Maka siapa lagi kalau bukan kita, yang bertugas mengenalkan kesempurnaan Islam. Bahwa semua aspek kehidupan ada aturannya dalam Islam. Dan penerapannya adalah kebutuhan sekaligus kewajiban.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan ayat tersebut: “Allah ta’ala berfirman menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan syari’at; melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan sesuai kemampuan mereka.” (Tafsir Ibn Katsir 1/335).

Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau menyampaikan kemuliaan dan keagungan Islam di mana saja. Di dunia nyata maupun maya. Jika kita sendiri belum berani, bisa jadi kita sendiri belum mengenali betul agama ini.

Selayaknya lah kita berupaya mempelajarinya dengan sungguh-sungguh lalu mempromosikannya pada siapa saja. Hingga suatu hari nanti (semoga tidak lama lagi) seluruh makhluk menginginkan kehadiran Islam sebagai pengatur seluruh kehidupan. Hingga rahmat pun akan meliputi bumi ini.

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (TQS. Al-A'raaf: 96)

-Umi Diwanti-

*************

Tulisan yang serupa:
Purun, Daun Yang Naik Daun
Umi, Alquran-nya Kadaluarsa
Antara Ciplukan dan Khilafah
Dimana Letaknya Kayu Bakar?

8 komentar :

  1. Jadi mbak, sudah ketauan belom siapa yg ketok pintu? Aku ketakutan mbak karena bacanya pas tengah malam. Hahaha

    BalasHapus
  2. Aku baca nya tenngah malam juga sama kayak mba Ruli, apakah udah dapat informasi siapa yg ketuk pintu? Kok aku yang baca jadi merindiing...

    BalasHapus
  3. Hihi.. Sip lah mb umi ttg pengibaratannya.. Tp ak penasaran nih, siapakah gerangan? ��

    BalasHapus
  4. Subhanallah. Ini tulisan kereeen bangettt...
    tentang yang ketuk pintu..sudahlah.siapa aja boleh mengetok, pilihan kita mau bukain apa ngak.tapi kalau malam2 agak menyeramkan juga.kalau jaman skrg biasanya tetangga kalau erlu banget akan nelp dl hihi..tp bisa aja lagi nggak punya pulsa ya.
    kepanjangan komennya..hahaha

    salam

    www.ennyratnawati.com

    BalasHapus
  5. Hahaa.. Pada penasaran senua sama yg ngetuk pintu ��

    Yg baca aja serem apalagi yang mengalami

    *Tetep gak dijawab biar masih penasaran ✌️

    BalasHapus
  6. Hiyaa aku penasaran sama sosok yang ngetok pintu tengah malam. Heu. Iya nih sekarang umat islam di indonesia lagi diuji banget dengan islamophobia bahkan sekarang juga kecenderungannya mulai terpecah-pecah. Huhu

    BalasHapus
  7. Aplikasikan ke diri sendiri aja dulu ya. Kita harus baik dulu sebagai pribadi terhadap orang lain. Semoga akan mengurangi rasa takut mereka terhadap Islam. Karena benar, Islam itu rahmatanlillalamin.

    BalasHapus
  8. Memahami suatu hal memang seharusnya jangan parsial. Siapa tau yg rambut panjang & wangi itu ternyata mas2 berkumis.

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates