BERHATI-HATILAH! JANGAN SAMPAI MENGABAIKAN DOA YANG TELAH DIKABULKAN


Pernah tidak mengalami, memberi sesuatu pada orang lain yang menurut kita memerlukan. Setelah kita beri, ternyata pemberian kita disia-siakan. Bagaimana rasanya? Apa reaksi kita berikutnya?

Saya dan suami pernah memberikan suatu barang yang menurut kami masih layak pakai. Orang yang kami beri pun nampak sangat memerlukan. Senang rasanya bisa berbagi. Tak lama kemudian kami bertemu orang tersebut beserta barang pemberian kami yang sudah usang dan lusuh. Tampaknya tidak dipelihara dengan baik.

"Lain kali kalau ada yang mau diberikan lagi ke yang lain aja deh kayaknya." Begitulah kira-kira pikiran kami saat itu.

Dulu waktu saya kecil, Mama pernah memberikan pakaian bekas yang masih bagus ke salah satu kerabat. Tak lama setelahnya saat berkunjung ke rumahnya pakaian itu sudah jadi kain pel. Sejak saat itu Mama tidak mau lagi memberikan pakaian ke kerabat tersebut.

Tidak lama ini juga anak saya meronta-ronta minta belikan balon gas. Setelah dibelikan dia geletakkan saja di kamar. Sama sekali tidak dimainkan. Sampai kemudian gasnya memuai dan balonnya tidak terbang lagi. Eh esok-esoknyai dia minta lagi. Otomatis saya ogah lagi membelikan.

Jika pun akhirnya saya mau membelikan lagi, saya 'ceramahi' dulu dan banyak syarat yang saya ajukan. Apalagi kalau yang melakukannya orang dewasa, wajar jika bikin kita 'kapok' memberinya lagi di kemudian hari.

Bagaimana dengan permintaan kita pada Allah Swt. Saat Allah telah menjawab segala pinta kita dalam doa. Sudahkah kita terima dengan suka cita. Disyukuri dan diperlakukan sebagaimana mestinya. Sesuai apa yang Ia inginkan. Yang dengannya Allah akan menambah nikmat itu atau sebaliknya.

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS.Ibrahim: 7)

“Ya Allah sukseskan usaha saya, hingga berkecukupan agar bisa lebih leluasa dalam beramal ibadah.” Setelah sukses. “Maaf banyak pesanan, karyawan harus diperhatikan, susah cari yang bisa menggantikan.” Akhirnya ibadah banyak yang ketinggalan.

“Ya Allah beri hamba jodoh agar sempurna separuh agama ini.” Setelah menikah. “Maaf suami dan rumah harus diurus, tidak punya waktu lagi buat pergi pengajian.” Suami justru jadi alasan tak lagi menuntut ilmu, padahal bagian dari kewajiban yang Allah bebankan.

“Ya Allah beri kami keturunan, agar bisa menambah barisan pejuang agamaMu.” Sudah diberi, eh malah kerepotan sendiri. "Maaf si kecil sangat aktif, saya mundur dulu dari dakwah, fokus anak-anak dulu." Anak justru jadi kambing hitam tak lagi aktif dalam kegiatan utama para pejuang Islam, dakwah.

Ibarat lagu "kau yang meminta kau yang menyiakan”. Maka “sungguh ter-la-lu".

Baca Juga: Jangan Jadikan Ananda Penghalang Kewajiban

Jika  suatu hari kita dapati doa-doa kita seolah tak berarti. Tak kunjung diijabah. Saatnyalah merenung, bisa jadi karena kita terlalu sering menyiakan diijabahnya doa-doa kita sebelumnya. Kufur atas pemberian-Nya selama ini.

Ada satu doa istimewa yang sering kita panjatkan. Minimal 17 kali sehari tapi kebanyakan kita tidak menyadari. Bisa jadi hingga doa tersebut telah dikabulkan pun, kita tidak merasa bahkan menyia-nyiakannya. Padahal dikabulkan doa ini adalah keberuntungan besar kita. Di dunia dan akhirat. Doa apakah itu?

“(Ya Allah). Tunjukilah kami jalan yang lurus (shiratal mustaqim), yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat “

Dialah doa yang terpanjat dalam surah Al-Fatihah yang menjadi rukun qauli salat kita.

Baca Juga: Umi, Alquran-nya Kadaluarsa

Kita minta jalan yang lurus. Lalu satu per satu Allah berikan petunjukNya. Diantaranya sampainya syariat tentang kewajiban menuntut ilmu dan menutup aurat pada kita.

"Maaf saya sibuk sekali, nanti saja jika ada waktu.” “Saya masih kerja, susah berpakaian seperti itu.” Dan banyak alasan lain. Satu petunjuk sudah kita nafikan.

Kita minta dihindarkan dari jalan orang yang dimurkai. Maka dengan berbagai cara-Nya yang indah sampai lah pada kita bahwa riba dan mendekati zina itu haram. Harus ditinggalkan.

“Hari gini kalau kita mau bebas riba, pasti tidak akan punya apa-apa.” “Kalau tidak pacaran, mana bisa dapat pasangan.” Lagi-lagi kita abaikan doa yang telah dikabulkan-Nya.

Meminta agar dijauhkan dari kesesatan. Maka dengan penuh rahmat Ia sampaikan pula pada kita ayat tentang seruan-Nya untuk masuk ke dalam Islam dengan sempurna (kaffah).

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208)

Bahwa realisasi dari Islam kaffah adalah penerapan Islam dalam seluruh aturan kehidupan. Tak hanya masalah ibadah tetapi juga muamalah. Baik dalam sistem sosial, peradilan, ekonomi, pendidikan, juga sistem politik.

Apakah kita mau mengambil petunjuk ini lalu berusaha mempelajari dan mengamalkan. Juga memperjuangkan penerapannya. Atau kita menganggapnya sekedar pengetahuan. Atau malah menganggapnya sebuah kesalahan yang harus dijauhkan. Karena negeri ini bervarian suku, agama dan budayanya. Lalu tak ada tempat untuk Islam mengatur kehidupan.

Baca Juga: Belajar Menjadi Hamba dari Huruf Dza (ذ)

Padahal sadarkah kita bahwa itulah jawaban atas doa yang minimal kita pinta 17 kali sehari itu. Sebab Islam kaffah lah jalan yang lurus itu, jalan orang-orang yang Allah ridhoi. Jalan Rasululullah Saw dan para khulufaur rasyidin serta para khalifah setelahnya. Islam kaffah yang akan menjadi rahmat seluruh alam.

Berhati-hatilah jika kita menolaknya. Itu sama saja kita menyiakan doa yang telah Allah kabulkan. Bisa saja Allah akan menutup semua pintu doa untuk kita. Mencoret nama kita dari daftar nama hamba yang layak diberi dan dikasihi. Di akhiratpun kita menjadi hamba yang dilupakan.

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: "Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?". Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal." (QS.Thaha:124-127)

Saatnya menyonsong doa dengan bersegera menerima setiap ilmu dan mengamalkannya. Sekuat tenaga, insya Allah tak hanya kebaikan dunia, Syurga pun menanti kita. [Umi Diwanti]
__________________________

Selainnya: 
Razia Dadakan
DEADLINE
CEMBURU
RINDU



1 komentar :

  1. wahhhh iya juga. banyak doa yang sudah dikabulkan Allah.hanya kadang kita nggak sadar bahka mengingkarinya...

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates