Salah Mengira


Suatu hari, paket kitab tahsin tiba di rumah. 110 kitab, lumayan berat. Si Tengah bermaksud membantu. Dia seret kardus kitab itu ke ruang tamu.

"Kak diletakkan di mana kitabnya?" "Di lemari Mi. Kotaknya Atiyya pakai buat main ya Mi?"
"Lho, kitabnya kan banyak. Berat itu. Bisa jebol lemari kita."
"Iya ya. Hmm tapiii. Masa' Atiyya harus susun lagi ke kotak? Capek Mi." Keluhnya.

Dalam hati "Siapa yang suruh nak nak. Meski niatmu baik, tapi jika caramu salah. Bisa-bisa hanya berujung lelah. Akan lebih baik jika bertanya dulu." Ah, tapi namanya juga anak-anak. Ya begitu-itu. Maunya nolongin emaknya tapi kadang malah bikin repot. Xixiii

Jadi mikir juga, kalau masalah ini sebenarnya sih gak terlalu masalah. Tapi kalau yang salah itu orang tua bisa muncul masalah. Misalnya aja kita mau bantu tetangga kita yang punya kolam ikan. Saat dia gak ada kita kasih pakan ikan dikolamnya. Ternayata kita ngasihnya dengan dosis berlebih. Alhasil mati semua ikannya. Alamaak, bisa berabe kan urusannya.

Ada yang lebih berabe lagi. Apalagi kalau bukan amal kita di dunia ini. Bagaimana jika selama ini kita habiskan waktu, tenaga dan pikiran kita untuk amal yang menurut feeling kita benar. Niatnya pun sudah sangat tulus ikhlas. Eh ternyata gak begitu caranya yang Allah mau. Wah apa jadinya kita? Hiks

Misalnya aja kita sebagai emak kan kadang sangat ingin mbantu suami. Apalagi di zaman now, saat kebutuhan hidup sudah kayak balon gas aja. Cepet bener naiknya. Sementara income keluarga segitu-gitu aja.

Mungkin ada rasa pengen bantu suami dengan bekerja. Alhasil lelah pun menerpa. Jika karenanya kita emosian. Apalagi kalau sampai ada rasa berjasa atas ekonomi keluarga yang memnuat kita sulit berkhidmat pada suami dan berlemah lembut pada anak.

"Tapi saya lillah mau bantu suami." Iya sih tapi harus kita cek juga, apakah cara yang kita tempuh ini sudah benar. Ternyata (bagi kita yang muslim) bekerja bagi perempuan itu mubah. Sedangkan melayani suami dan mendidik anak adalah wajib. Tentu sebuah kesalahan jika untuk yang mubah kita justru melalaikan yang wajib.

Tapi jangan salah paham ya Mak, bukan berarti kita gak boleh kerja. Boleh kok. Namanya juga mubah. Dikerjain gak dosa, ditinggalin juga gak dosa. Jadi tinggal pintar-pintar kita. Intinya sih gimana caranya kewajiban tidak terlalaikan.

Eh bisa juga sebaliknya nih, para suami ingin membahagiakan anak istri. Akhirnya semua tawaran bisnis di ambil. termasuk yang subhat dan nyerempet maksiyat. Wah bisa bahaya satu keluarga kita. Ada meme yang pernah saya baca tapi lupa percisnya seperti apa. Kurang lebihnya begini.

"Wahai suamiku aku dan anak-anak akan kuat menahan lapar, tapi kami tak akan kuat menahan panasnya api neraka."

So sweet ya kalau suami berangkat kerja diiringi dengan kata bijak dari sang istri. Oasti beliau akam tenang dan gak akan cepat tergida tawaran-tawaran menyesatkan.

Eh tapi ada lo yang kerjaannya gak bener tapi hidupnya makmur. Bener, memang ada. Tapi jangan salah, yang seperti itu bisa jadi pertanda Allah akan bayar full semuanya di akhirat. Dan itu sangat berat! Kita nggak akan kuat! 😰

Sebenarnya masih banyak lagi kasus lainnya. intinya sih kita memang kudu hati-hati dalam beramal. Nggak bisa kalau sekedar mengandalkan feeling dan niat saja. Meskipun salah niat juga fatal akibatnya, seperti kisah dalam hadis ini.

Abu Hurairah meriwayatkan, ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ”Manusia pertama yang diadili pada hari Kiamat nanti adalah orang yang mati syahid. Orang yang mati syahid didatangkan di hadapan Allah. Kemudian ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakuinya.

Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia?” Dia menjawab, “Aku berperang demi membela agamamu.” Allah berkata, “Kamu bohong.Kamu berperang supaya orang-orang menyebutmu Sang Pemberani.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-NYa. Akhirnya ia dilempar ke neraka.

Seorang penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya dan rajin membaca al-Qur’an didatangkan dihadapan Allah. Lalu ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia?” Dia menjawab, “Aku menuntut ilmu mengamalkannnya, dan aku membaca al-Qur’an demi mencari ridhamu.”

Allah berkata, “Kamu bohong. Kamu mencari ilmu supaya orang lain menyebutmu orang alim, dan kamu membaca al-Qur’an supaya orang lain menyebutmu orang yang rajin membaca al-Qur’an.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-NYa. Akhirnya ia dilempar ke neraka.

Selanjutnya, seorang yang memiliki kekayaan berlimpah dan terkenal karena kedermawanannya, didatang dihadapan Allah. Kemudian ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakuinya.

Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia?” Dia menjawab, “Semua harta kekayaan yang aku punya tidak aku sukai, kecuali aku sedekah karena-Mu.” Allah berkata, “Kamu bohong. Kamu melakukan itu semua agar orang-orang menyebutmu orang dermawan dan murah hati.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-NYa. Akhirnya ia dilempar ke neraka.

Abu Hurairah berkata, “Kemudian Rasulullah menepuk pahaku seraya berkata, “Wahai Abu Hurairah, mereka adalah manusia pertama yang merasakan panasnya api neraka Jahanam di Hari Kiamat nanti.” (HR. Muslim)


Hiii serem. Jangan sampai terjadi di kita. Tapi niat saja juga belum cukup. Ada hal lain yang juga tak kalah penting. Misalnya aja kita solat subuh. Niatnya lillah banget deh. Berhubung masih seger kita pengen nih pahalanya bisa lebih banyak. Lalu kita tambah deh rakaatnya, yang seharusnya dua kita tambah jadi empat rakaat. Hmm, kira-kira benarkah pahala kita bertambah atau malah tertolak semua?


Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak. (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)




Kalau dari hadis tersebut jelaslah bahwa solat subuh empat rakaat itu akan tertolak. So, agar amal sholih kita diterima dan dicatat sebagai amal solih di sisi Allah. Harus memenuhi dua syarat, niatnya hanya karena Allah dan caranya harus sesuai aturan Allah. Yes! Dua itu syaratnya. Jika tidak, alhasil hanya lelah yang kita dapati. Sementara catatan amal kita tetap kosong. Seremnya lagi kalau sampai justru amal yang kita lakukan susah payah malah tercatat dalam catatan amal buruk. 



Niat sih urusan hati. Tinggal bagaimana kita menata hati. Tapi masalah amal sudah benar atau belum, ini perlu ilmu. Mau nggak mau kita memang harus banyak cari tahu. Banyak belajar agama. Sebab dari sanalah kita akan tahu mana benar mana salah menurut Allah. Berharapa semua yang diperbuat menjadi amal solih. Aamiin ya robbal alamin.

13 komentar :

  1. Nah, itu yang kerjaan ga bener tapi makmur banyak yg ngiri tapi lebih bagus lagi yee kan kalo makmurnya di Akhirat. Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mun kw makmur dunia akhirat alhamdulillah bnr. Heee

      Hapus
  2. Wah tulisannya selalu bermakna yah Eny suka bacanya 😍😍

    BalasHapus
  3. Tulisannya selalu bikin nisa baper, MasyaAllah 😍

    Nisa pernah degar waktu itu, yang penting niat nya karena Allah apa yang dialkukan untuk mengharap ridha Allah, in sya Allah dimudahkan :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya niat mmg harus lillah, plus caranya jua harus benar menurut Allah.

      Hapus
  4. Selalu ad jalan dlm problematika ekonomi yg tersudut. Ak jg prnh dihadapkan pd pilihan 'kalo ga kerja ga bakal cukup'. Tp sjk anak lahir rejeki mlh datang sendiri. Alhamdulillah walau sempat stress jg tp akhirnya baik. Btl sekali niat n cara adl kesatuan. Tdk blh ad pengkhianatan antara keduanya. Tp kembali lg segala penilai akhir hny Allah.. Kita hny bs berusaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bujur. Berusaha, berharap dan berserah diri.

      Hapus
  5. kadang hal yang kita pikir benar belum tentu benar ya di mata orang lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itupang manusia. Repot kita kalau ngikuti penilaian manusia. mending penilaian Allah aja.

      Hapus
  6. Lengkap banget mbak artikelmu. Kalau beramal memang kudu berilmu dulu. Jangan sampai salah.

    BalasHapus
  7. 😭😭😭😭 pengingat diri, apakah sudah benar yg kita lakukan sesuai cara Allah... Astagfirullah....

    BalasHapus

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates