Tetanggaku Idolaku


//Tetanggaku Idolaku//

Angin pagi merasuk jiwa. Saat banyak orang masih berselimut manja. Tidak dengannya. Dengan sebilah tongkat penyangga salah satu kakinya yang tak lagi berdaya.

Wajahnya tampak segar meski tak lagi bugar. Cahaya air wudhu membuatnya tampak syahdu. Beliau salah satu jamaah yang jarang absen di Musola. Melebihi pemuda yang punya tenaga ekstra.

Di bawah pohon di pinggir jalan. Entah menunggu siapa. Tapi aku tahu beliau mau kemana. Dengan tiga bungkus plastik tanggung berisi penuh, dicangking di bahu kanannya.

Andai aku laki-laki pasti kudatangi dan kuantarkan sampai Pasar. Ya, Pasar. Tempat tujuannya setiap hari untuk mengais rezeki.

Menjual apa saja yang bisa dijual. Bermodal kepercayaan dari para agen barang kelontong. Juga makanan ringan macam kacang dan kerupuk, hasil produksi sang istri.

Melolong keliling pasar dengan suara cetar. Tanpa keluh meski dibanjiri peluh. Tanpa malu karena memang tak ada alasan untuk itu.

Bahkan beliau malu jika harus di rumah saja mengharap bantuan keluarga. Sungguh, penempatan malu yang harus ditiru. Di era gengsi dan malu yang kian merancu.

Beliau adalah salah satu sosok zaman now idolaku. Tetanggaku yang sudah sepuh dengan fisik rapuh. Tapi semangatnya melebihi yang muda dan perkasa.

-Wati Umi Diwanti-
Mtp, 14.08.18

*Tidak ada kesempatan memoto sosoknya, setidaknya salah satu gambar dari Google ini mewakili sosoknya.

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates