Remaja Dalam Kubangan Zina, Andil Siapa?


Remaja Dalam Kubangan Zina, Andil Siapa?

Hampir tiap hari ada pewartaan kasus zina di kalangan remaja. Baik secara paksa seperti perkosaan maupunap suka sama suka yang berakhir bencana. Misalnya saja kasus pembunuhan oleh sang kekasih. Begitu juga pembunuhan atau pembuangan bayi yang jumlahnya tak terhitung lagi. Jarang terjadi jika dalam ikatan yang diawali dengan kebaikan lalu diikat pernikahan mulia.

Perlu disadari bersama bahwa remaja adalah aset. Baik bagi orangtua maupun negara. Tak hanya masa depan dunia tapi juga alam baka.

Seseorang ketika sudah menemui ajalnya putuslah segala amalnya kecuali tiga perkara. Ilmu manfaat, infaq jariah dan amal anak solih. Dari ketiganya anaklah yang potensial sebagai harapan menjadi pemberat timbangan amal sholih. Apa jadinya jika anak tercinta justru berada di kubangam zina. Bukannya pahala justru dosa yang diterima orangtua. Naudzubillah.

Begitu juga negara ini. Bagaimana nasibnya jika estafet kepemimpinan berada di tangan remaja yang dikuasai nafsu (birahi) semata. Rusak pikiran dan prilakunya. Dirinya sendiri saja tak terpelihara, mana mungkin bisa menjaga negara. Masa depan bangsa akan kelam bersama kelamnya dunia remaja.

Lalu, siapa sebenarnya yang turut andil di dalamnya? Tak bisa dipungkiri sikap remaja itu sendirilah yang menyebabkan diri mereka akhirnya perlahan tergelincir pada dunia kelam gaul bebas. Tak mau menutup aurat, suka bercampur baur bahkan berduaan dengan lawan jenis tanpa mahrom adalah pintu awal perzinahan. Karenanya Allah telah mengingatkan agar jangan sekali-kali mendekati zina.

Bagaimanapun juga lelaki dan pria normal pasti punya rasa ketertarikan. Sudah menjadi fitrah bawaan yang diciptakan Allah. Tujuan utamanya adalah untuk melahirkan generasu. Melestarikan keturunan manusia.

Namun jika salah melampiaskannya, jadilah bencana zina yang berujung petaka. Karenanyalah Allah membarengi naluri tersebut dengan seperangkap aturan pergaulan. Agar manusia selamat dari keburukan.

Remaja harusnya punya keimanan disertai keilmuan tentang agama yang mendalam. Karena hakikatnya setelah baligh semua tingkah lakunya dicatat Malaikat. Tidak ada pemakluman bahwa karena masih remaja lalu boleh berbuat apa saja. Harus disadari pula bahwa potensi remaja itu besar, jika dimanfaatkan dalam kebaikan besar pula hasilnya. Demikian sebaliknya.

Remaja harus bisa menginsyafi bahwa mereka adalah tumpuan harapan masa depan. Dirinya, keluarganya juga bangsanya. Karenanya tak boleh terperdaya budaya hedonis liberalis yang sengaja ditebarkan musuh-musuh Islam. Salah satunya adalah dengan memanjakan naluri seksual.

Mereka sengaja memproduksi berbagai produk baik tulisan maupun tayangan yang merangsang syahwat. Lalu di sisi lain menggerogoti pemahaman agama anak bangsa. Akhirnya syahwat yang telah sengaja dibangkitkan mencari cara pemenuhannya tanpa kendali ilmu agama. Jadilah gaul bebas menjadi biasa. Zinapun seolah bukan lagi masalah.

Selain itu peran orang tua juga sangat menentukan. Bahwa kebanyakan pelaku gaul bebas adalah dari kalangan remaja yang tak mendapatkan perhatian orang tua. Jadilah mereka mencarinya di luar. Dan tak bisa dipungkiri hampir semua lingkungan saat ini mengadopsi gaya hidup bebas. Tak ada batasan interaksi dengan lawan jenis. Ujungnya tak jarang berakhir tragis.

Kurangnya perhatian orang tua ini bisa terjadi karena kurangnya pemahaman agama. Sehingga memang mereka tak mengerti bagaimana harusnya mendidik anak apalagi yeng berusia remaja. Selain itu masalah yang sering terjadi adalah mereka terlalu sibuk bekerja. Sebagian karena memang tuntutan kebutuhan hidup. Sebagian lainnya adalah tuntutan gaya hidup. Yang juga sengaja disemaikan Barat untuk menciptakan pangsa oasar tethadap bebagai produk mereka. Orangtuapun harus menyadari bahwa peran mereke ini tak hanya perlu modal materi. Tapi ilmu dan waktu sangatlah penting untuk membersamai tumbuh kembang anak-anaknya.

Disisi lain yang tak kalah penting adalah peran negara. Ditangan merekalah konten media yang beredar bisa dikendalikan. Apakah berisi ilmu yang menguatkan pemahaman agama. Atau justru menjauhkan rakyat dari agama. Apakah isinya mengingatkan untuk menjaga diri atau justru membidani rendahnya harga diri.

Karenanya tiga komponen yang memiliki andil ini kiranya masing-masing harus menyadari. Lalu melakukan perbaikan secara bersamaan. Ke satu arah yang sama. Yakni pengamalan ajaran Islam secara menyeluruh. Niscaya lembah zina ini bisa segera direklamasi. Tak akan ada lagi remaja yang terperosok ke dalamnya. Insya Allah masa depan akan bersemi lagi. Siap menuai panen-panen kebajikan.

Oleh: Wati Umi Diwanti
__________________
Dimuat di: http://www.soeara-peladjar.com/2018/03/remaja-dalam-kubangan-zina-andil-siapa.html

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates