Ketika Penghinaan Pada Rasulullah dan Ulama Terus Berulang

Kalimantan Post, 27/7/18

Ketika Penghinaan pada Rasulullah dan Para Ulama Terus Berulang
Oleh: Wati, SPd


Belum lagi selesai masa hukuman pada pelaku penghinaan pada Guru Sakumpul bulan Januari lalu. Bulan Juli ini, kasus penghinaa kembali terjadi. Habib Ahmad Hanafi Bahasyim selaku penggagas digelarnya petisi penolakan berbagai bentuk penghinaan ulama Kamis (12/7) lalu, memastikan akan melaporkan kasus ini pada aparat penegak hukum. (jejakrekam.com, 13/07/18)

Tak dipungkiri, pelecehan terhadap ulama semakin sering terjadi. Bahkan tak hanya di Kalsel. Misalnya saja beberapa waktu lalu banyak alim ulama di daerah lain juga mengalami, bahkan mendapat perlakuan buruk secara fisik. Bukan hanya ulama, gurunya para ulama, orang paling mulia sejagad raya saja juga mengalami yang sama. Baginda Rasulullah Saw pun tak luput dari pelecehan dan penghinaan.

Pada 2005, puluhan gambar karikatur Nabi Muhammad diterbitkan sebuah koran Denmark. Kemudian tahun 2015, kembali media Prancis, Charlie Hebdo, mempublikasikan gambar karikatur Nabi Muhammad. Tahun ini pun pelecehan itu kembali dipertontonkan. Partai Kebebasan di Belanda, yang dipimpinan Geert Wilders, telah mengumumkan akan menggelar lomba menggambar karikatur Nabi Muhammad. (cnnindonesia.com, 14/06/18)

Sungguh ini adalah fenomena yang sangat memilukan kaum muslimin di manapun berada. Sebab Rasulullah dan para pewarisnya yakni para ulama, para tuan guru adalah orang-orang yang dicintai kaum muslimin. Wajar jika akhirnya menimbulkan berbagai reaksi, sebagai bentuk kecintaan kaum muslimin pada ulama dan Rasulullah Saw. Namun, berbagai reaksi tersebut ternyata belum mampu membungkam mulut para pembenci Islam.

Jika ditelusuri, fenomena ini tampak berkembang pesat seiring masuk dan berkembangnya pemikiran dan sistem sekuler di negeri-negeri muslim. Pemikiran bahwa agama (Islam) harus dipisahkan dari kehidupan kecuali dalam ibadah ritual inilah yang menyebabkan manusia cenderung berbuat sekehendak nafsunya. Hak asasi manusia (HAM) mejadi sesuatu yang sakral dan fundamental.

Saat tejadi penghinaan pada ulama yang memiliki banyak jamaah. Bisa jadi respon perlawanan dari para jamaah mampu membuat pelaku terciduk dan jera. Tapi jika pnghinaan itu menumpa ulama yang tak banyak dikenali. Padahal beliau pun para wali Allah, penyambung lidah risalah Rasulullah Saw. Pewaris para anbiya yang juga wajib kita beri pembelaan. Siapa yang bisa memberikan pembelaan.





Atau sebaliknya, pelaku penistaan yang justru punya pendukung atau pengikut lebih banyak dan lebih berkuasa. Siapa yang berani mengangkat kasusnya? Jikapun dikasuskan, akankah penanganannya bisa sesuai harapan? Entahlah, mungkin kita bisa menjawabnya masing-masing.

Untuk skala lebih besar lagi, bagaimana jika pelaku penistaan adalah negara-negara Barat pembenci Islam seperti kasus karikatur di atas. Siapa yang bisa melakukan pembelaan dan menjatuhkan sanksi? Saat tak ada kekuatan yang bisa membuat jera para pelaku penghina dan penista, maka sebuah kewajaran jika akhirnya kasus semacam ini terus berulang.

Berbeda saat Islam dijadikan aturan kehidupan. Otomatis akan membentuk individu yang memiliki rasa cinta pada para ulama dan sikap muroqobah (selalu merasa diawasi Allah).  Seseorang tak akan sembarangan berkata atau bersikap. Mereka takut akan beratnya hisab Allah. Jikapun ada juga yang nekat, sanksi Islam akan dijatuhkan. Terbukti telah mampu membuat jera para pelaku dan selainnya.

"Saya akan mengeluarkan perintah kepada umat Islam dengan mengumumkankan bahwa Inggris sedang menyerang dan menghina Rasulullah kami! Saya akan kobarkan Jihad al-Akbar (Jihad yang besar)."

Adalah bunyi peringatan dari Khalifah Abdul Hamid II pada Inggris terkait rencana pementasan drama bertajuk Muhammad atau Kefanatikan yang menghina Rasulullah, bunda Zainab dan Zaid. Setelah sebelumnya Prancis pun mendapat ancaman yang sama. Kedua negara itupun akhirnya memilih melupakan keinginannya mengamalkan kebebasan berpendapat (freedom of speech) dan pementasan drama itu dibatalkan.

Begitulah saat Islam diterapkan secara keseluruhan dalam sebuah sistem kehidupan bernegara. Bukan hanya individu yang tak berani melecehkan Islam, sebuah negara pun tak berkutik dibuatnya. Lebih dari itu, Islam tak hanya memelihara umatnya, tapi seluruh umat beragama. Islam juga melarang umatnya untuk menghina agama lain.

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan (QS. Al-Anam: 108)

Sungguh Islam adalah sebaik-baik tuntunan kehidupan. Penerapannya akan mampu menjaga kemuliaan Rasulullah dan Ulama. Saatnya para pecinta Rasul dan para Ulama untuk bergiat mengembalikan kehidupan Islam dan menolak keras ide sekuler yang menjadi biang berbagai penghinaan pada Islam dan para ulama. Semoga Allah ridha dan berkenan mengumpulkan kita dengan Rasulullah Saw dan para ulama. Di dalam Syurga-Nya.  Aamiin Yaa Robbal Alamiin. []

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates