Pertimbangan Awal Terima Khitbah


#S
#Seri Pra Nikah #2

//Pertimbangan Awal Terima Khitbah//

Cepat atau lambatnya jodoh tiba, hendaknya tak membuat pertimbangan kita berbeda. jangan sampai istilah berikut menjelma tanpa terasa dalam diri kita.

"Usia muda: Siapa kamu?"
"Usia dewasa: Siapa saya?"
"Usia menua: Siapa saja!"

Rasulullah Saw bersabda:

ﺇﺫﺍ ﺟﺎﺀﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﺮﺿﻮﻥ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﺧﻠﻘﻪ ﻓﺰﻭﺟﻮﻩ ﺇﻻ ﺗﻔﻌﻠﻮﻩ ﺗﻜﻦ ﻓﺘﻨﺔ
ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ ﻭﻓﺴﺎﺩ ﻛﺒﻴﺮ

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
(رواه البخاري و مسلم عن أبى هريرة)

"Seorang wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung." (HR.Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

Maka jelaslah sudah timbangan yang harus kita gunakan untuk menolak atau memerima khitbah seseorang adalah agamanya.

Jangan sampai timbangan itu goyang akibat usia yang mulai menua, harta yang mereka bawa atau cinta yang terlanjur nangkring di dada.

Kuatkan hati dan keluarga khusunya orangtua, bahwa agama tetap harus yang utama. Yang lainnya nomer dua.

Lalu, dari mana kita tahu si dia bagus agamanya? Apakah dari judadnya yang menghitam. Dari peci dan surban ya g meliliti kepalanya? Atau dari mana?

Ada nasehat bijak mengatakan, ketahuilah seseorang dari tiga hal. Jika dalam tiga hal itu kita temukan kebaikan, niscaya ia orang baik.

Pertama, cari tahu siapa saja teman-temannya, baik dumay lebih penting lagi dunia nyata. Pengaruh teman itu besar hingga Rasul pun pernah memeringatkan.

Kedua, coba telusuri riwayat transaksi muamalahnya. Ujian tertinggi kejujuran itu dalam perniagaan.

Ketiga, jika memungkinkan cari tahu dari teman dekat atau keluarganya yang pernah bersamanya menempuh perjalanan jauh.

Jika saat dalam keadaan musafir dia bisa jaga ibadah dan emosinya, maka insya Allah begitulah sifat aslinya.

Jangan lupa, bermoh lah pada Allah agar mampu memutuskan yang terbaik. Karena Dialah yang Maha tahu segalanya.

"Ya Allah jika dia memang jodoh yang bisa memyempurnakan ketaatanku padaMu, mudahkanlah urusan kami, jika tidak jauhkanlah ia sejauh-jauhnya."

Sialakan divariasi atau inovasi agar lebih dahsyat lagi. Yang paling sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

Jika sudah oke, apakah bisa langsung terima begitu saja?

Dari berbagai pengalaman, yang paling sering menjadi simalakama pernikahan adalah terkait konsep walimah syar'i di hari H.

Maka sebaiknya konsep ini harus disampaikan sejelas dan sedetilnya saat kita dilamar. Pastikan si dia dan keluarganya paham apa yang kita mau.

Lalu minta kepastian mereka mau menerima. Jika tidak bersedia, maka ambil lagi timbangan kita. Layakkah yang demikian diterima?

Tentunya, kitapun harus sudah menyiapkan keluarga kita jauh-jauh hari terkait konsep walimah syar'i. Jangan sampai penentangnya justru pihak keluarga kita.

Untuk itu, membicarakan masalah walimah ini harus sedini mungkin. Jangan malu, dan jangan nunggu jodohnya datang dulu.

Bicarakan segera, karena ini bagian dari syiar dan dakwah islam pada keluarga. Sering-sering ajak ortu menghadiri walimah syar'i. Sehingga mereka tak asing lagi.

Intinya (menurut saya), menerima konsep walimah syar'i ini juga bagian dari cek agama si dia.

Meski bukan ulama, jika dia orang yang senantiasa mengharap ridha-Nya harusnya dia mau menerima. Karena yang kita minta adalah apa yang Allah minta, bukan karangan kita.

Setelah beres masalah konsep walimah syar'i, ada satu lagi yang harus dipastikan di awal. Dan ini tak kalah penting. Bahkan sangat penting.

Insya Allah di seri berikutnya..

-Wati Umi Diwanti-
Syawal9, 23.06.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates