Penjual Emas, Kerupuk dan Panci


//Penjual Emas, Keropok dan Panci//

Hari ini, setelah sekian lama ga pernah ke toko emas. Karena memang tak bisa beli 😁. Kali inipun bukan buat beli, tapi menemani seseorang untuk menjual emas.

Diantara puluhan toko emas, beberapa toko penuh jejal. Yang lainnya sepi. Padahal nama tokonya mirip-mirip. Cuma belakangnya ada tulisan 1, 2, 3 bahkan 99.

Tapi ternyata, sama nama tak jamin sama larisnya. Itulah rizky dari Allah, manusia cuma bisa berusaha. Hasilnya Allah yang tentukan.

Saat duduk nunggu dilayani, tiba-tiba ada suara lantang dibalik gaduhnya pasar. "Keropok, keropok, keropok." Seorang Bapak tua berkalung nampan plastik berisi beberapa bungkus kerupuk.

Pasar penuh tapi tak satupun yang melirik dagangan beliau. "Kalau Bapak itu lewat sini mau saya beli, kebetulan ada sisa satu bungkus kerupuk kesukaan anak-anak."

Ternyata tidak melewati saya duduk dan kerupuk satu-satunya itu dibeli seorang pedagang emas yang tokonya sedang sepi.

Padahal posisi tokonya samping persis toko yang jejal ini. Emas yang dijual pun, saya perhatikan sama kok kuningnya. Tapi ya tadi, balik lagi masalah rezeky.

Tak lama kemudian, ada lagi suara memecah kegaduhan pasar. "Panci randaman mie, 5 menit masak, 5 tahun kada rusak, urang bjual 40, 35, 30. Inu 20 ribu, 20 ribu,  20 ribuan aja."

Saya hafal karena beliau ulang tanpa henti. Bapak ini bawa panci di satu tangannya, tangan satunya memegang tongkat. Bagian depannya berkalung nampan berisi kacang-kacangan.

Seorang Bapak tua yang cacat kakinya, tapi tinggi semangat kerjanya. Saat beliau awal-awal menjalani kelumpuhan kaki, beliau selalu minta diantar ke pasar oleh anak-anaknya.

Saya tahu karena kebetulan beliau tinggal dekat rumah saya. Meski tak punya modal harta beliau punya modal semangat.

Kacang-kacang itu buatan anak dan istri beliau. Sementara pecah belah dan panci-pancian itu beliau ambil di agen pecah belah di pasar itu juga.

Beliau bawa dan keliling pasar dengan terus melolongkan barang dagangannya. Tanpa malu, tanpa terlihat lelah apalagi mengeluh.

Ada rasa hati yang agak pilu menyaksikan bapak-bapak tua seperti pedagang kerupuk dan panci ini.

Tapi apa yang harus membuat saya sedih? Justru mereka-mereka inilah para lelaki yang sangat dicintai Nabi. Yang kerja keras demi nafkah anak istri.

"Inilah tangan yang tak pernah disentuh api neraka selama-lamanya", ucap Rasul sambil mencium tangan seorang tukang batu yang mencari nafkah untuk keluarganya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah bersabda;

“Barangsiapa pada waktu malam hari merasakan kelelahan dari upaya ketrampilan kedua tanganya pada siang hari maka pada malam itu ia diampuni oleh Allah.” (HR.Ahmad).

“Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada yang tidak bisa dihapus dengan pahala sholat, sedekah atau haji, namun hanya dapat dihapus dengan bersusah payah dalam mencari nafkah” (Ath- Thabrani ).

Jika Allah dan Rasul-Nya sudah cinta pada hamba. Apa yang tak bisa. Seperti halnya Bapak penjual panci itu. Dari usahanya bukan hanya bisa makan tapi bisa memperbesar rumahnya. Alhamdulillah, ikut senang menyaksikannya.

Maka yang penting bukan apa pekerjaan dan berapa hasilnya. Tapi halal tidaknya dan sebesar apa semangatnya serta apa niatnya.

Biar sedikit jika berkah, maka akan melimpah. Banyak jika tak baik, hanya bikin hidup sesak.

Di hadapan Allah, pedagang emas, pedagang kerupuk dan pedagang panci hanya dibedakan oleh ketaatan, bukan jenis pekerjaan.

Yang jelas, sangat hina orang yang kerjanya meminta-minta disebabkan kemalasannya bekerja. Apalagi jika sampai ber-acting cacat segala. Naudzubillahi min dzalik.

-Wati Umi Diwanti-
Syawal4, 18.06.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates