Home Catatan Harian Manusia, Cari Apa?
Manusia, Cari Apa?
By Umi Diwanti At Juni 08, 2018 0
//Manusia, Cari Apa (Sih)?//
Ga sengaja tertonton vidio adegan sedot lemak. Awalnya ga sadar, kirain apa yang diunyel2. Di gambar-gambari lalu diiris. Mirip kulit manusia, tapi kok serem banget. Ah ga mungkin.
Penasaran, diplototin aja bareng anak-anak sambil menahan rasa ngeri. Sampai pertengahan vidio akhirnya jelas, bahwa yang diiris-iris itu beneran perut manusia.
Masih mikir, oh ini mungkin bedah mayat untuk mempelajari struktur jaringan kulit. Tapi bukan, tetnyata manusia hidup. Innalilahi, ternyata ini adegan sedot lemak.
Selama ini cuma dengar aj istilah sedot lemak. Kirain cuma dimasukin jarum terus disedot deh. Ga nyangka ada juga yang pake acara kulitnya diiris, lemaknya dibuang, kulitnya yang bleber dipotong (dibuang) baru dijahit lagi.
Bahkan lubang udelnya pun dibuat baru. Karna pas ditarik kebawah biar kencang kan otomatis lubang udel awal ikutan ke bawah. Ga pas lagi. Hadeuh, kaya apaan aja.
Sereem, lebih serem daripada menyaksikan korban bom Gaza. Kalau Gaza ujungnya insya Allah Syurga. Kalo sedot lemak?
Sayapun googling foto-foto sedot lemak buat memastikan itu beneran adegan sedot lemak. Betul, ga salah lagi. Dan benar, ada berita yang menuliskan tentang kematian seseorang paska sedot lemak.
Memang sih matinya seseorang semata karena ajalnya tiba. Tapi rasanya sayang banget kalau merasakan sakit dan mengeluarkan uang banyak bahkan beresiko nyawa hanya untuk perkara yang sama sekali tidak menjadi penentu masuk Syurga atau Nerakanya kita.
Toh di Syurga ga ada papan pengumuman bertuliskan "Orang gendut dilarang masuk". Justru aktivitas sedot lemak itu bisa jadi tidak Allah ridhoi. Di dunia sakit, di akhirat lebih sakit lagi. Tapi herannya buanyak yang mau melakukan. Demi...
Ya, demi penilaian manusia yang tak ada habisnya.
Ah, akupun dulu pernah begitu. Sempat terporsir pikiran bahkan biaya juga demi sesuatu yang harusnya ga segitunya kupikirkan.
Jerawat, yup that's jerawat yang hidupku susah bahagia. Sampai-sampai pernah berhalusinasi bahwa wajah asliku akan berubah saat menemukan pangeran sejati. Hahahaaa
Konyol, tapi itulah fakta manusia saat tak paham hakikat hidupnya. Tak tahu apa tujuan hidupnya dan apa yang musti dikejarnya dalam hidup ini.
Manusia jadi menghabiskan seluruh potensi hidupnya untuk mengejar sesuatu diluar kuasanya. Ingin merubah yang sebenatnya sama sekali tak membahayakannya.
Kulit warna tua, hidung agak jongkok, wajah bak bulan dari dekat, dan badan yang agak lebar. Berjuang biar kulit cerah, hidung agak tegakkan, wajah mulus dan body bak gitar Espanyola.
Rela menahan segala rasa. Membeli berbagai rupa bahkan berbagai perawatan hingga berbagai operasi. Padahal itu semua bukan syarat masuk Syurga. Dan itu sudah ketetapan Allah yang harusnya kita syukuri.
Sementara amal, yang jelas-jelas dihisab. Yang semunya tergantung upaya kita. Manusia enggan berkorban untuknya. Nutup aurat panas dikit aja, bilang ga kuat.
Nuntut ilmu prihatin dikit aja ga sanggup, padahal diet ga makan seharian dibelain. Sedekah nunggu uang lebih, lebih utama beli pemutih. Dst.
Inilah salah satu mubajirnya potensi umat Islam. Banyak hal yang harusnya bisa dipersembahkan di jalan taat, untuk perbaikan umat. Malah sendat/mampet untuk perkara-perkara terlarang minimal subhat.
Semua itu bisa berubah jika seseorang telah memahami mana wilayah yang dikuasainya, mana ya g menguasainya. Hingga setiap amalnya terfokus pada wilayah yang dikuasainya.
Untuk wilayah yang menguasainya cukup diyakini keberadaannya adalah ketetapan Allah. Ikhlas dan rido menerimanya berbuah pahala.
Sebaliknya, untuk wilayah yang dikuasainya akan diupayaknnya semaksimal mungkin, karena itulah penentu Syurga dan Nerakanya. Tak peduli manusia menilai apa.
Berdasar pengalaman, perubahan bisa terjadi saat kita mengenali Islam lebih dalam.
#YukNgaji #HidupLebihBaik #BahagiaDenganIslam
-Wati Umi Diwanti-
Ramadan23, 08.06.18
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar