Sebenarnya ini bukan berita baru. Saya pun ga begitu mengikuti beritanya. Tapi entah kenapa pengen menuliskannya.
Tentang sosok Moh Salah, pemain bola asal Arab yang sangat dikagumi. Pesonanya semakin membahana saat ia tetap puasa saat latihan dan tanding bola di Ramadan ini.
"Mufti Agung Mesir, Shawki Allam, telah memberi izin kepada Mohamed Salah dan rekan-rekannya di Tim Nasional Mesir untuk tidak berpuasa saat Ramadan agar mereka bisa mempersiapkan diri lebih baik menjelang Piala Dunia 2018 yang akan digelar di Rusia.(suara.vom, 01.06.18)
Yang saya bahas bukan Moh Salahnya tapi pro kontra fatwa Mufti tersebut. Ada yang ga terima, ada juga yang mengapresiasi. Karena dalam Islam memang ada keringanan bagi para pekerja berat. Nah lo, mana yang bener?
Beberapa kondisi yang dibolehkan tidak puasa adalah pada wanita hamil dan menyusui jika dikhawatirkan mengganggu masalah kesehatan. Seseorang yang sakit dan pekerja berat yang tak memiliki pekerjaan lain untuk nafkah keluarganya.
Bagaimana dengan sepak bola, adakah dia bagian dari pekerjaan berat. Jika dilihat dari banyaknya tenaga yang dikeluarkan tentu main bola ini termasuk berat dan sangat melelahkan.
Hanya saja, sebelumnya harus dipastikan apakah main bola ini termasuk pekerjaan atau bukan. Walaupun berat jika bukan pekerjaan maka ga masuk dalam kondisi yang dibolehkan.
Dalam Islam tidak mengenal kebebasan, semua terikat hukum syara. Termasuk pekerjaan, tidak semuanya bisa dijadikan pekerjaan.
Jenis-jenis pekerjaan yang diakui dalam Islam adalah sbb: Menghidupkan tanah mati; Menggali kandungan dalam perut bumi ataupun udara; Berburu; Makelar/broker; Mudharabah; Musaqot (mengaliri lahan pertanian); Ijaroh.
Nah dari sini bisa dilihat, sepak bola itu ga termasuk bagian dari pekerjaan. Jikapun ia mubah sebagai permainan. Tentu harus tetap mengikuti ketetapan syariat.
Seperti misal kostum pemainnya yang harusnya menutupi batasan aurat laki-laki. Kecuali kalo manngungnya di kawasan khusus lelaki dan ga dipublikasi.
Juga masalah puasa ini. Jadi (bagi saya) puasa saat main bola itu memang kudu. Bahkan jika kemungkinan membahayakan (pecah) puasa, main bolanya yang harus ditinggalkan. Bukan meninggalkan puasa demi main bola. Karna ia adalah permainan bukan pekerjaan. Allahu a'lam.
-Wati Umi Diwanti-
Ramadan16, 01.06.18 (edisi telat)
Posting Komentar