Kemana Perginya Fitrah Manusia?

//Kemana Perginya Fitrah Manusia?//

Belum sampai sebulan Ramadan berlalu. Terbukti dari Syawal yang masih berada di kitaran purnama. Sayang, bulan pelatihan itu seolah gagal.

Harusnya sebulan dicharge bisa untuk energi taat sebelas bulan berikutnya. Tapi apa daya, fakta menunjukkan sebaliknya.

Di bulan syawal harusnya bulan bahagia, bulan banyak pasangan disatukan dalam walimah pernikahan. Ternyata justru syawal menjadi bulan jahiliyah era baru.

Banyak bayi dibuang sia-sia. Di semak, di jalanan, di tong sampah, di teras masjid bahkan dikubur hidup-hidup. Sebagian bayi tak berdosa itu masih bernyawa sebagian lainnya menemui ajalnya.

Ya Robb, wanita-wanita itu telah kehilangan fitrahnya sebagai ibu, bahkan sebagai manusia. Padahal, kau jadikan Ramadan penuh ampunan yang harusnya mampu menjadikan siapapun kembali fitrah.

Apa yang salah? Tak mungkin Ramadan-Mu yang salah. Sebagaimana tak mungkin bayi-bayi itu bersalah.

Jika satu dua, mungkin oknum. Tapi ini, kian hari kian menjadi. Itu pun baru yang ketahuan. Itu baru yang dibuang setelah lahiran.

Pasti banyak yang tak ketahuan, lebih banyak lagi yang dibunuh sebelum dilahirkan. Tak terhitung lagi berapa banyak yang dicegah sebelum terjadi pembuahan.

Ya, itulah buah zina yang merajalela. Jika dulu kabar zina hanya di kota, sekarang di desa pun ada. Dulu beritanya hanya di layar kaca, sekarang ada di mana-mana bahkan di dekat kita.

Sayang, meski korbannya nyata dan terus bertambah. Ia tidak masuk kategori masalah genting yang perlu dibuatkan PERPPU. Bahkan dianggap mengganggu HAM jika diperkarakan.

Walhasil fitrah manusia semakin langka, entah pergi ke mana? Satu hal yang kutahu, dulu pernah ada sebuah zaman di manusia benar-benar menjadi manusia.

Kala manusia mengakui diri sebagai hamba. Menjadikan penciptanya sebagai Raja, pengatur segalanya. Kala itu fitrah manusia terpelihara, terjaga.

Sekarang? Kemana perginya fitrah manusia? Kemana harus mencarinya? Jika itu ada di masa lalu, apa salahnya mengulang kembali?

Apalagi jika masa lalu itu adalah kisah kehidupan Rasulullah mulia dan orang-orang yang mengikutinya. Bukankah justru wajib bagi kita mengikutinya?

***

"Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan usaha keras mereka. Para Khalifah itu pun telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam
keluasan wilayah yang belum pernah tercatat lagi fenomena seperti itu setelah masa mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan menyebar luas sehingga berbagai ilmu, sastra, falsafah dan seni mengalami kejayaan luar biasa...
(Will Durant - The Story of Civilization ).

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata." (TQS.Al-Ahzab: 36)

***

-Wati Umi Diwanti-
Syawal15, 29.06.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates