Ibrah Mudik


//Ibrah Mudik//

Perjalanan mudik itu melelahkan tapi menyenangkan. Kenapa? Karena tiap yang mudik punya alasan, punya keinginan-keinginan yang ingin didapati dari pilihan mudik. Bertemu keluarga besar khususnya orang tua/mertua atau saudara tua.

Meski sudah tahu berbagai tetek bengek permudikan itu sangat ribet. Tapu bayangan rumah kelahiran atau wajah-wajah orang tercinta membuat kita abai pada semua bayangan sumpeknya arus mudik.

Begitulah orang-orang yang memilih menjadikan hidupnya sebagai medan perjuangan memenagkan kebenaran. Menumpas kebatilan, menegakkan gukum-hukum Tuhan. Bukan tak tahu betapa melelahkannya perjuangan. Sudah terbayang pula onak duri pergulatan haq dan batil. Tergambar jelas sebagaimana yang sudah pernah dilalui Rasulullah dan para sahabat.

Tapi semua tak menyurutkan langkah. Tak jua membuat para pejuang berbalik arah. Jua semua terasa menyenangkan disebabkan ada keinginan besar tuk bisa berkumpul dengan Rasulullah. Keridhaan Tuhan jadi satu-satunya tujuan kebahagiaan di keabadian.

Tapi, para pemudik dan para pejuang adalah manusia sebagaimana manusia lainnya. Meski sudah berazam kuat dan bersuka cita saaat akan menerobos jejalnya arus mudik. Bisa jadi di tengah jalan emosi menyeruak. Mengurangi nikmatnya perjalanan.

Maka saatnyalah menyinggahi rumah Allah. Basahi wajah dengan air suci lagi mensucikan, sirnakan hadas-hadas kecil yang menggersangkan pikiran. Ratakan tulang belulang dengan merukuk sujudkan jiwa dan hati. Kenanglah kembali senyum-senyum indah yang sedang menanti kehadiran kita.

Demikian pula saat kerasnya ujian perjuangan  terasa menggetarkan pilar-pilar sabar yang senantiasa kita patri. Saatnyalah kita merenungi kembali peta hidup ini. Adakah kiranya kaki mulai nakal melangkah tak sesuai arah.

Bisa jadi nestapa ini teguran sayang dariNya. Jikalau yakin tak salah posisi maka yakinilah bahwa itu ujian penyucian diri. Agar kita layak diberi apa yang kita ingini.

Janganlah minta dihilangkan ujian, tapi mintalah agar diberi kekuatan. Sebab ujian itu sejatinya adalah kebaikan, tanda kita dianggap Allah sebagai orang beriman. Bahwa Allah sedang ingin menghapuskan dosa-dosa kita. Ingin meninggikan derajat kita. Tidakkah ini yang kita suka?

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?"
(QS: al-'Ankabuut Ayat: 2)

مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً

"Tidak ada satu pun musibah (cobaan) yang menimpa seorang muslim berupa duri atau yang semisalnya, melainkan dengannya Allah akan mengangkat derajatnya atau menghapus kesalahannya." (HR. Muslim)

Hakikatnya hidup ini adalah perjalanan mudik, mau tau tidak, suka tidak suka. Tak ada pilihan karena semua bermuara pada ajal yang menyapa. Ada hisab atas semua yang kita lakukan di dunia.

Mari kita belajar menikmati rute mudik ini dengan sebaik-baik iman dan taqwa. Menjadikan amal berpatokan pada roadmap dari Zat yang menciptakan kita. Jadilah pejuang agama-Nya. Sebab dengannya lah kampung halaman terbaik akan kita jumpa.

"Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. Tuhan menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat, keridhaan dan surga, mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar." (QS. at-Thaubah: 20-22)

-Wati Umi Diwanti-
Syawal1, 15.06.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates