Apa dan Bagaimana Obrolan Saat Khitbah


#Seri Pra Nikah #4

//Apa dan Bagaimana Obrolan Saat Khitbah//

"Assalamualaikum. Apa kabar ukhti? Sedang apa? Jangan lupa shalat malamnya ya. Selamat tidur."

Layak kah? Bagi saya, pesan seperti itu belum layak terjadi di fase khitbah. Hanya mengganggu suasana hati yang harusnya terus suci hingga saatnya nanti.

Bagaimana kalau calon kita (ikhwannya) yang memulai duluan? Ya jangan di balas kecuali dengan nasihat yang isinya mengingatkan untuk menjaga fase ini.

Jangan biarkan keberhasilan kita menjaga fase lajang kita justru ternoda di fase khitbah. Apalagi jika interaksi yang tak seharusnya itu tak sekedar via sosmed.

Ya, tak jarang di fase khitbah inilah kita "kecolongan". Karena ortu sudah sama-sama setuju, gaun pengantin pun sudah menunggu. Seolah sudah pasti akan jadi suami/istri beberapa hari lagi. Lalu kurang peduli dengan batasan-batasan syar'i.

Cari perias dan tenda bersama. Foto buat buku nikah langsung berdua. Bagi undangan sama-sama. Apa-apa diurus wira wiri berdua. Oh no!

Ingatlah bahwa kita dan dia masih berstatus non mahrom. Hanya saja kita boleh berkomunikasi dengan dia sebagaimana kebolehan interaksi seorang murid dengan guru, seorang pasien dengan dokter.

Tetap ga boleh khalwat, ga boleh bicara diluar kepentingan. Nah, apa kepentingan interaksi dengan calon pasangan? Pastinya adalah perkara-perkara persiapan berumah tangga.

Salah satu yang terpenting adalah memastikan visi misi rumah tangga kita bakal berjalan dengannya. Bisa juga masalah kondisi keluarganya dan keluarga kita.

"Saya anak wanita tertua dalam keluarga, adik-adik saya masih kecil. Sementara orang tua saya sering sakit-sakitan. Setelah menikah saya berharap tidak bekerja lagi agar bisa maksimal dalam amal-amal wajib saya. Tapi saya ga bisa membiarkan ortu.saya begitu saja. Bagaimana menurut akhi?"

Bisa jadi itu salah satu yang harus dibicarakan. Atau justru contoh kasus dari pihak keluarganya. Memastikan bagaimana dia dalam memenuhi tanggung jawabnya pada orang-orang dalam tanggungannya.

Masalah tempat tinggal juga perlu dibicarakan. Pemilihan tempat tinggal juga mestinya berporos pada amal wajib kita. Baik sebagai anak  yang harus berbakti pada ortu. Maupun sebagai pengemban dakwah yang harus senantiasa hadir di tengah-tengah umat sebagai pencerah.

Masalah konsep walimah bagaimana? Karena sudah dibicarakan pra menerima khitbah. Maka tinggal mendetili masalah tehnis. Dan jika semua sudah beres, saatnyalah tentukan tanggal walimah secepatnya.

Karena khitbah itu hanya wasilah untuk memastikan bahwa dia orang yang tepat dalam membina rumah tangga samara. Pencetak generasi cerdas pemipin peradaban dunia.

Jadi, berapa lamakah khitbah itu seharusnya? Tak ada batasan, sesuai kebutuhan dalam rangka mencari keyakinan saja. Lebih cepat lebih baik.

Untuk komunikasi selainnya? Tunda dulu sampai ijab qabul itu sudah benar-benar terjadi. Insya Allah semua akan menjadi indah bahkan berpahala jika dilakukan se-bakda nikah. Insya Allah berkah.

-Wati Umi Diwanti-
Syawal11, 25.06.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates