112 Juta Rupiah, Besar atau Kecil?


//112 Juta Rupiah, Besar atau Kecil?/


Lagi ramai masalah 112 juta itu besar apa kecil. Sampai-sampai ada kisah seruduk menyeruduk di baliknya.

Padahal, sejak di TK anak-anak sudah diajarkan perbandingan. Mana bola besar mana kecil. Mana binatang besar mana yang kecil.

Ayam bisa dibilang kecil kalo dibandingkan sapi atau kambing. Tapi ayam akan besar jika dibandingkan dengan lalat apalagi semut atau kutu.

Jadi kalau Pak Mahfud bilang 100 juta itu kecil jika dibanding gaji saat jadi anggota dewan yang tahun 2004 saja sudah 150 juta, itu ga salah.

Tapi bagi yang teriak itu besar banget jika dibandingkan upah para guru apalagi yang honorer apalagi guru ngaji. Itu juga sangat benar.

Umar bin Khatab pun pernah memberikan gaji pegawainya sebesar 15 dinar (1 dinar=4,25gr emas). Bahkan selain itu juga dipenuhi kebutuhan lainnya seperti dalam hadis ini.

"Barangsiapa yang yang mengerjakan suatu urusan untuk kami, sedangkan ia tidak mempunyai tempat tinggal, maka berikanlah tempat tinggal; apabila tidak memiliki isteri, maka nikahkanlah; apabila tidak memiliki pembantu, maka berikanlah pembantu; apabila tidak memiliki kendaraan, maka berikanlah kendaraan; dan barang siapa yang mengambil lebih dari itu, maka itu adalah ghulûl (harta haram)." (HR. Ahmad)

Ga ada yang ribut kala itu, kenapa? Karena perbandingannya pas. Yakni rakyat yang dilayani itu kehidupannya berada dalam tarap penuhan kebutuhan yang baik.

Bahkan penggajian sebesar itu semata demi semakin sempurnanya pelayanan kebutuhan yang rakyat dapatkan.

Sebab negara sadar dengan membaguskan kesejahteraan pegawai negara maka akan semakin baguslah pelayanan mereka pada rakyatnya.

So, kalo mau gaji besar tapi ga diributkan, buat lah rakyat lebih dulu merasakan kesejahteraan. Dijamin ga akan ada keributan masalah gaji dan tunjangan.

Jika rakyat dalam kondisi mati-matian buat sekedar hidup, sementara penguasanya bergelimang harta. Logika dan hati siapa yang bisa menerima?

Satu hal yang harus dicatat. Penting! Jaminan kesejahtetaan masyarakat orang per orang (bukan per keluarga apalagi perkapita) hanya bisa dicapai jika Islam dijadikan sistem kehidupan.


-Wati Umi Diwanti-
Ramadan16, 01.06.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates