Saat Si Kakak Pengen Rumah Mewah


// Saat Si Kakak Pengen Rumah Mewah //


Sepulang dari mencarikan mukena, kami melewati sebuah rumah yang termasuk fenomenal di kawasan Banjarbaru. Konon sering juga dijadikan latar foto dan syuting.

"Wah enaknya punya rumah kayak ini, ada kolam renangnya lagi" celoteh si Kakak di belakang motor.

Dari suaranya terindra anak menyuarakannya penuh damba. Wajar sih sebenarnya, siapa yang ga pengen. Rumahnya besar dan halamannya jauh lebih besar. Di belakangnya ada kolam renang besar. Secara ni anak paling demen yang namanya renang.

Kupikir bahya juga kalo salah satu impiannya adalah punya rumah besar. Impian itu akan menuntun amalan seseorang.

"Ah, kita juga nanti pasti punya rumah bagus kayak gitu, malahan lebih bagus lagi", timpalku tak lama setelah ungkapannya tadi.

"Masa' mi, kapan?"

"Ya nanti lah kalo kita masuk Syurga, kan apa yang kita mau pasti ada."

Mendengar itu, wajah cerah penuh pengharapannya tetiba berubah. Wajar sih, dia pikir bakal dapat rumahnya di dunia. E ternyata emaknya lagi-lagi ngomongin akhirat.

Tapi juga ga membantah karena saya yakin siapapun termasuk anak-anak pasti tidak akan mendustakan adanya negeri akhirat. Tinggal mana yang lebih dominan diindra aja.

Kalo akhirat mendominasi maka amalan akhiratlah yang memenuhi hidupnya. Sebaliknya jika dunia mendominasi maka akhirat hanya sebatas maklumat.

"Ya kan di duia ini cuma bentaran doang kan Ka? Masih ingatkan pengajian kita yang kemarin. Cuma 1,5 jam, malah ada yang bilang cuma 3 menit 2 detik.

Lagian ni ka, rumah itu kan yang penting bisa buat tidur dan istirahat. Toh kalaupun besar yang buat tidurkan cuma satu kasur aja sudah cukup.

Yang penting bisa istirahat saat lelah. Setelah itu kita bisa ibadah lagi. Nah kalo ibadah kita bagus nanti juga di Syurga kita dapat semua yang kita mau.

Jadi syukuri apa yang kita punya. Masih banyak orang yang ga punya rumah. Tidurnya dikolong-kolong jembatan. Di emper-emper toko. Kedinginan, kepanasan. Kalau kita kan Alhamdulillah banget ada rumah meskipun seadanya.

Bahagia itu ya saat kita bisa menjalankan perintah Allah. Kalau bahagianya pas punya rumah bagus aja. Wah bisa ga bahagia-bahagia kita.

Soalnya kan rumah itu juga rezeky dari Allah bukan hasil kerja kita. Kalo Allah ga kasih, mau kerja jungkir balik juga ga bakalan dapat. Yang ada kita jadi ga bisa banyak beramal sholih karena asik ngejar kerjaan. Iya kan Ka?"

Entah dia dengar semua yang saya bicatakan atau tidak. Namanya juga ngomongnya sambil nyetir diatas motor. Tapi saya selalu berusaha memastikan dengan meminta jawaban hampit ditiap kalimat yang saya ucapkan. Meski responnya cuma "ya".

Diakhir saya pastikan dari ekspresinya. Hingga terlihat tak ada lagi binar cita-cita tertingginya ingin punya rumah bagus. Saya juga sampaikan bahwa ga salah kalau kita suatu saat punya rumah bagus. Kalau memang itu rizky dari Allah, maka bersyukurlah. Cuma bukan itu tujuan kita hidup. Jadi jangan dikejar.

Semoga kamu mengerti Nak. Sayapun selalu berdoa, nasehat itu sebenarnya terutama untuk emaknya, buat diriku sendiri. Aku juga manusia biasa. Adakalanya genitnya godaan dunia menggamit hati ini.

"Ya Allah peliharalah kami dari amalan yang sia-sia. Tetapkan hati kami hanya untuk mencari ridhaMu. Berikan kesabaran dan keistiqomahan. Hingga jemputanmu tiba, dan kami siap kembali padamu dengan penuh ridha dan Engkaupun meridhai."


يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾

“Wahai jiwa yang tenang! (27), Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya (28). Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambak-Ku (29), dan masuklah ke dalam surga-Ku (30).” (Al-Fajr 27-30)

-Wati Umi Diwanti-
Mtp, 13.05.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates