MATI


//Semua Akan Mati//

Maut siapa yang bisa menduga kedatangannya? Seperti yang terjadi di Brebes beberapa hari lalu.

Sebuah truk menabrak rumah. Spontan beberapa orang di dalam dan sekitaran rumah tewas dan puluhan terluka.

Bisa jadi korban sedang bercengkrama dengan keluarganya sesaat sebelum truk nyasar nabrak rumah mereka.

Saya pribadi sering menemui. Dulu ada tetangga saya, si istri sakit-sakitan. Suatu hari ada amabulan ke arah rumah beliau. Tak lama pengumuman di Musala.

Tak disangka itu justru kabar meninggalnya sang suami. Yang selama ini setia merwat istri yang sakit.

Ada juga cerita seorang anak merawat bapaknya yang sudah sepuh dan sakit parah. Ternyata yang meninggal duluan justru anaknya, yang sehat wal afiat dan masih muda.

Ulama meninggal. Orang biasa juga meninggal. Orang tua meninggal. Bayi pun ada yang meninggal. Perampok meninggal. Pejabat pun akan meninggal.

Membela kebenaran resiko terbesarnya mati. Apakah jika menolak kebenaran, hidup kita akan bertahan? Sebanyak apapun harta yang dipunya tak akan sanggup membeli nyawa.

Kematian bukan untuk ditakuti tapi disiapkan sepenuh hati. Bukan kapan dan di mana kematian yang harusnya kita pikirkan. Tapi sedang apa kita saat nyawa meregang.

Karenanya sangat tak layak bahkan kesalahan besar jika kita menunda kebaikan karena takut kematian. Bukankah justru berakhir saat melakukan kebaikan, yang selama ini kita inginkan?

Ah, jangan-jangan do'a dan harapan agar husnul khotimah kita selama ini hanya sekedar penghias lisan. Naudzubillah.

Wahai diri, apa yang kau takutkan pada kerasnya perlawanan kebaikan saat ini? Bukankah jejak juang Rasulullah memang penuh duri?

Jika sekarang kau pun merasai, itulah tanda kau berada di jalan yang sama. Jika saat berjuang kau hanya mendapat suka, wajiblah kau tengok lalu periksa.

Bisa jadi kau sedang tertumpangi kendaraan lawan. Yang sengaja mereka rancang, agar kau kira bisa melaju lebih kencang. Padahal sejatinya kau tak akan pernah sampai.

Jika pengorbanan terbesar adalah kematian. Sadarilah, tidak berjuang pun kau akan mati. Justru mati saat memperjuangkan kebenaran, itulah sebaik-baik kematian.

Bersiaplah wahai diri! Semua pasti mati!

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan” (al-‘Ankabût/29:57)

"Wahai kaum mukmin, sekali-kali kalian jangan beranggapan bahwa para mujahid yang terbunuh ketika membela Islam itu mati. Mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka, dan selalu memperoleh rahmat. Para syuhada selalu gembira dengan rahmat yang Allah berikan kepada mereka. Para syuhada selalu diberi kabar gembira tentang saudara-saudaranya yang akan menyusul sesudah mereka. Para syuhada tidak mempunyai rasa takut menghadapi musuh, dan tidak mempunyai rasa sedih kehilangan jiwa dan harta mereka. Para syuhada selalu digembirakan dengan nikmat Allah dan karunia-Nya. Sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang mukmin." (QS. Ali Imran 169-171)

-Wati Umi Diwanti-
Ramadan8, 24.05.18

Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates