Home Catatan Ramadan Agar Puasa dan Tak Berdusta
Agar Puasa dan Tak Berdusta
By Umi Diwanti At Mei 27, 2018 0
#CatatanRamadanUmiDiwanti #9
//Agar Puasa dan Tak Berdusta//
Oleh-Oleh Berkunjung (1)
Banyak verita menyedihkan dari salah seorang tokoh yang kami kunjungi. Salaj satunya, di kota yang baru saja beliau kunjungi, warung makan buka sejak pagi, seperti tak sedang Ramadan. Orang makan di tempat terbuka terlihat biasa.
"Mang, Kok ga puasa?" Beliau tanya ke seorang Paman Becak. "Yah bu, mana bisa kami puasa. Kami harus cari nafkah. Ga kuat goes-goes, kalo puasa. Kalo ga goes, keluarga saya mau makan apa?"
"Bapak yakin ga dapat rizky kalo ga goes? Kan rezeky dari Allah pak."
"Yah, kalo ibu sih rezeky dari Allah. Lha kami? Kalo ga kerja siapa yang ngasih bu?" Tegas Si Paman Becak.
Lain lagi pas di pasar. Saat beliau beli baju dikasih harga 60rb. Kebetulan ada pembeli lain nanya harga baju yang sama.
"Berapa ini Mba?" Tanya konsumen. "75rb, sama kayak ibu ini, coba aja tanya." Jawab si penjual, sambil menunjuk ke ibu bliau.
"Untungnya pembeli itu ga tanya ke saya. Kalau tanya, saya jawab jujur lo bu. Ibu kenapa bohong? Jualan kan cari berkahnya bu." Protes skalian nasihat bliau ke pedagang.
"Yah bu mana ada pedagang di sini yang suci, semua juga bohong bu. Kalo ga, darimana bisa dapat untung?!" Timpal si penjual.
"Lagi-lagi cuma bisa mengurut dada, itu yang di kota. Dimana akses ilmu agama sangat mudah menyapa. Bagaimana yang di pedalaman, yang sulit terjamah dakwah." Kata beliau, menyayangkan kondisi kerusakan umat saat ini.
***
Itulah fakta bahwa keimanan manusia itu berbeda-beda. Bahkan pada orang yang sama pun kadang berubah-rubah. Iman bisa naik turun.
Ada yang cukup tahu sekali sudah mau melakoni. Ada yang perlu diingatkan berkali-kali. Ada yang harus ditunggui. Bahkan ada juga yang ga mempan kecuali diberikan sanksi.
Apalagi fakta kehidupan saat ini memang sangat berat. Apa yang dikatakan Paman Becak seolah membenarkan lemahnya iman. Kalo ga kerja siapa yang jamin makan keluarga? Sama sekali tidak ada (saat ini).
Itulah sebabnya Rasulullah mendirikan institusi penegak syariah kaffah. Andai Islam bisa tegak oleh seluruh umatnya cukup dengan sekedar dakwah. Tentulah Rasulullah tak perlu repot-repot menegakkan daulah di Madinah.
Hanya daulah Islam yang memperuntukkan segala kebijakan dan aparatnya demi hukum Allah dilaksanakan untuk semua manusia.
Kewajiban dipermudah dan dimuliakan para pelakunya. Kemungkaran sama sekali tak diberi kesempatan. Jika terjadi jua, sanksi penebus dosa pun dilaksanakan.
Penerapan Islam yang menyeluruh ini pula yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan tiap manusia. Tak ada lagi yang bisa beralasan demi cari makan lalu lalaikan kewajiban.
-Wati Umi Diwanti-
Ramadan9, 25.05.18
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar