Menyeru Pada Islam Tugas Siapa?



#CatatanRamadanUmiDiwanti #10

//Menyeru Pada Islam, Tugas Siapa?//
Oleh-Oleh Berkunjung (2)

Masih cerita dari ibu yang kami kunjungi. Anak beliau pernah PPL di daerah terpencil di hutan Kalimantan. Isinya sekitar 500 orang. Jalanan parah, listrik ta ada, sinyal hanya ada di atas gunung, itupun timbul tenggelam. Pekerjaan mereka? Berburu, ya mereka berburu binatang hutan.

Mendengar itu langsung terbayang kehidupan zaman purba. Faktanya kondisi seperti itu masih ada. Bahkan bisa jadi masih banyak.

Lalu apa agama mereke? Rata-rata nasrani. Ada gereja di sana dan ada pendeta yang mau mengabdikan dirinya di sana.

Mereka intens berdakwah hingga ke pedalaman. Selain itu si Ibu ini juga pernah bertemu seorang suster di forum panti asuhan. Biasa aja sebenarnya jika nasrani pun punya panti asuhan.

Masalahnya adalah, siapa yang diasuh di sana? Ternyata anak-anak kamum muslimin. Mereka yang miskin atau cacat mereka asuh di sana. Apa yang mereka ajarkan? Jelas ajaran agama mereka.

"Hebat ya usaha mereka mengemban dakwah. Harusnya kita juga segesit mereka." Kata si Ibu.

Yup, betul sekali. Harusnya kita malu, jika semangat dakwah kita tak sekuat mereka. Namun apakah dakwah mengajak orang masuk Islam itu tugas individu?

Dalam Islam dakwah dibagi dua. Pertama dakwah untuk mengbalikan kehidupan Islam. Yakni mengajak umat Islam melaksanakan aturan Islam secara keseluruhan. Ini dibebankan pada individu atau kelompok dakwah.

Kedua, dakwah mengajak masuk Islam. Yang ini dibebankan pada negara. Dengan cara yang sudah ditentukan pula. Untuk warga negara dakwahnya adalah dengan penerapan Islam kaffah itu sendiri.

Dengan itu, setiap warga negara termasuk nonmuslim akan merasakan agungnya aturan Islam. Kesejahteraan dan kemuliaan yang mereka rasakan membuat mereka dengan sadar memilih Islam sebagai keyakinan.

Adapun untuk warga negara lain, cara dakwahnya dengan jihad. Tentu dengam tahapan yang sudah Rasul contohkan.

Pertama, negara sasaran akan disampaikan tentang Islam. Lalu diberikan pilihan. Memeluk Islam dengan konsekuensi membayar zakat sebagaimana muslim lainnya. Atau tetap kafir dengan membayar jizyah.

Jika tidak bersedia atas keduanya, barulah negara mengutus pasukan jihad. Sekedar untuk melumpuhkan militernya. Hingga negara itu berada dalam naungan daulah Islam.

Kemudian Islampun diterapkan di sana, maka warganyapun merasakan indahnya hidup dalam Islam. Berbondong-bondonglah mereka masuk Islam dengan penuh kesadaran.

Penaklukan negara dalam Islam bukan untuk mengeruk harta negara sasaran. Apalagi menyakiti warga negaranya. Semata demi sampainya risalah Islam.

Inilah konsep jihad yang sesungguhnya. Tak heran jika banyak warga negara lain yang justru meminta pasukan jihad negara Islam menaklukan negeri mereka.

Jikapun ada jihad yang dibolehkan oleh individu, itu adalah jihad defensif. Yakni dalam rangka mempertahankan diri. Misalnya saat kita dijajah atau diserang penjahat.

Maka jelas sebuah kesalahan besar jika menuding Islam sebagai agama radikal karena konsep jihadnya. Bisa dipastikan, itu buah pikiran dari orang yang sejatinya tak benar-benar mengenal Islam. Atau memang sentimen dengan Islam.

Balik lagi ke aksi kristenisasi. Maka, bukan Islamisasi yang harus kita lakukan. Melainkan menegakkan negara yang berfungsi mengemban dakwah ke seluruh alam.

Negaralah itulah yang nantinya mengajak manusia pada Islam. Sekaligus memelihara keimanan setiap orang di dalamnya, dalam ketaatan terbaik sepanjang hayat.

-Wati Umi Diwanti-
Ramadan10, 26.05.18


Posting Komentar

My Instagram

Designed By OddThemes | Distributed By Blogger Templates